Kamis, 23 Juni 2011

THE POWER OF OPEN WINDOWS (KUASA JENDELA YANG TERBUKA)


THE POWER OF OPEN WINDOWS
(KUASA JENDELA YANG TERBUKA)



Pada tiap rumah pada umumnya kita memiliki jendela bukan? Aneh sekali bila sebuah rumah tidak memiliki jendela sama sekali. Jendela pada umumnya berbagai bentuk dan ukuran. Yang jelas sekalipun ukurannya besar tetapi dapat dipastikan fungsi jendela berbeda dengan fungsi pintu. Jendela di buat agar ada pergantian udara, sebagai akses sinar matahari agar rumah tidak lembab dan juga agar suasana rumah tidak membuat hati tertekan (stress) akibat gelap, untuk dapat melihat pemandangan di luar dan masih banyak lagi fungsi lainnya.

Bagi sebagian orang , jendela dapat menunjukkan “sekilas” apa yang ada di dalam rumah orang tersebut. Saya ingat dulu saat masih kanak-kanak bermain bola. Saking serunya kami bermain, tendangan bola teman saya keras sekali hingga melintasi pagar rumah dan masuk ke dalam halaman tetangga kami. Saat saya masuk halaman tetangga, saya terkagum melihat sepintas dari jendela rumah mereka sebuah lukisan keluarga yang amat mengagumkan. Belum lagi kulihat vas bunga yang sangat artistik dan bunga mawar merah di dalamnya menambah menawan ruang tamu tetangga saya tersebut. Sebuah jendela yang terbuka dapat menggambarkan pada kita kondisi dan siapa yang tinggal di rumah itu.

Dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi sebenarnya ada banyak “jendela” yang dapat kita gunakan untuk masuk sebagai akses menyaksikan kasih Kristus melalui hal-hal yang sederhana saja. Hal-hal yang sangat sederhana namun dapat menyentuh jiwa orang yang ada di sekitar kita. Apa yang hendak saya tekankan di sini? Saya ingin mengatakan pekalah pada keadaan orang lain, apa yang Anda kehendaki orang lain perbuat pada Anda, perbuatlah hal itu lebih dulu bagi orang lain (Matius 7:12). Hanyalah orang bodoh yang melakukan perbuatan melukai dirinya sendiri.

Saat Anda berulangtahun, apa yang anda rasakan takkala orang-orang di rumah acuh tak acuh dan lupa bahwa hari itu anda berulang tahun ? Tentunya Anda sedih dan kecewa, meskipun Anda coba untuk bersikap tegar dan mengatakan,”Engga apa-apa, mungkin mereka sibuk dan lupa.” Namun bila itu terjadi berulangkali maka Anda akan menjadi “keras” dan akibatnya Anda pun tidak peduli saat orang lain berulangtahun. Itulah yang pernah terjadi dalam hidup saya dulu, saya merasa tidak dipedulikan oleh orangtua. Akibatnya saya pun tak peduli pada mereka. Saya pun tak peduli pada ulangtahun orang lain.

Namun setelah saya lahir baru, Tuhan mulai mengajar saya untuk mulai memperhatikan orang lain terlebih dahulu. Saat saya menggembalakan jemaat, Tuhan mengajar saya untuk memperhatikan tanggal kelahiran tiap jemaat, tanggal pernikahan mereka, momen duka yang mereka alami, momen bahagia kelahiran anak, dan lain-lain. Kami acap-kali membuat “surprise party” setelah ibadah, jemaat yang kami gembalakan rata-rata berasal dari keluarga yang berkekurangan, saat kami membawa kue tart ulang tahun sering kali jemaat itu menangis sebab itu merupakan kue tart pertama yang pernah ia dapatkan.
Ada kalanya kami datang membantu keluarga muda yang baru memiliki bayi, ada momen kami hadir di tengah mereka yang berduka dan mendukung acara mereka..just be there (hadir untuk mendukung mereka). Hal-hal yang sangat sederhana namun membawa dampak bagi jemaat kami bahwa mereka berharga di mata kami dan Tuhan tentunya. Juga orang yang belum percaya melihat kedekatan kami sebagai “keluarga rohani”, beberapa orang di antara jemaat yang berlatar “agama seberang” datang pada Tuhan Yesus akibat melihat kesaksian hidup. Perilaku atau sikap hidup kita berbicara lebih kuat daripada perkataan kita yang mungkin tertata dengan indah. Itulah perbedaan di antara Tuhan Yesus dan orang Farisi. (Matius 7:28-29)

Dalam kehidupan kita sebagai manusia seringkali mengalami masa kedukaan atau problem berat yang menekan, bukan? Ada masa yang kita sakit parah dan yang tak kunjung sembuh-sembuh, mungkin kehilangan pekerjaan atau menjadi korban PHK padahal kita adalah tulang punggung keluarga, insiden kecelakaan di tengah keluarga kita, konflik keluarga yang sulit untuk dicari titik temunya, perceraian yang melukai pasangan serta anak-anak, dan masih banyak hal lagi yang memukul kita. Dunia tempat kita hidup kini sudah kehilangan kasih yang tulus dan kepedulian seorang dengan yang lain. Kita sebagai anak Tuhan seharusnya berani tampil beda, bila kita mau dipakai sebagai saksi Kristus yang hidup, berilah dirimu...untuk menjadi tempat curahan hati beban dari saudara-saudara atau temanmu, berdoalah dan kuatkan mereka. Mereka perlu tahu bahwa masih ada orang-orang yang peduli terhadap sesamanya tanpa pamrih.

Ketika kita membuka diri untuk menjadi tempat curahan hati sesama kita, Tuhan juga akan menolong kita kala diterpa masalah. Dari pengalaman saya pribadi, dikala seseorang berbagi masalahnya pada saya bukan saja ia yang beroleh kelegaan dan jawaban. Saya yang melayaninya pun beroleh jawaban dan kelegaan bagi masalah yang tengah digumuli. Saat saya memberikan masukan pada orang tersebut, Firman Tuhan yang merupakan “pedang bermata dua” itu pun kena pada diri saya. Hingga pada akhirnya kami berdua beroleh jawaban dari Tuhan (Ibrani 4:12)
Ada banyak lagi “jendela-jendela” dalam kehidupan kita dan orang-orang di sekitar kita yang dapat menjadi “jalan” bagi kita untuk menjadi saksi bagi Kristus. Kita secara sepintas atau bahkan jelas dapat melihat suatu jalan masuk untuk menunjukkan kasih dan perhatian yang tulus terhadap mereka.
Sebut saja melalui hobi yang kita sukai yang dapat jadi jembatan untuk membina hubungan dengan orang lain. Olahraga kegemaran kita, masalah sosial yang ada di lingkungan atau kota kita, kesamaan rasa ketertarikan dalam keluarga umpamanya ibu-ibu muda yang baru memiliki bayi gemar sekali membicarakan perkembangan putra-putri mereka, bahkan mungkin luka-luka di masa lalu.

Kita dapat bersukacita bersama saat kita atau orang lain berulangtahun, ulangtahun pernikahan, menonton acara TV atau film bersama, piknik bareng, atau hal lainnya. Sebaliknya kita dapat menunjukkan empati saat ada kedukaan, pemakaman, menengok orang yang sakit, usaha teman kita yang bangkrut atau baru terkena PHK, atau masalah lainnya.

Mulailah untuk mengubah pola pikir kita dari paradigma lama, bahwa mengabarkan Injil hanya dapat dilakukan melalui acara Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) atau Malam Penginjilan atau merupakan program gereja menggunakan suatu pola penginjilan yang baru dipelajari secara masal. Kita harus menjadikan penginjilan sebagai gaya hidup kita. Ada iklan rokok yang bagus sekali dan sangat inspiratif, “Talk less do more” (Sedikit berbicara lakukan lebih banyak). Ingat perhatian dan kasih yang tulus pada saat yang tepat berdampak jauh lebih kuat daripada mengkhotbahi orang dengan puluhan ayat.

Dari hasil survey ternyata sekitar 90% orang diselamatkan melalui “friendship evangelism” (penginjilan melalui persahabatan) dan bukan melalui “acara penginjilan masal”. Selama saya terlibat dalam pelayanan perintisan, penggembalaan dan pengembangan gereja jumlah jemaat dari hasil “friendship evangelism” bertahan lebih lama dibandingkan mereka yang bergabung dari hasil KKR. Bahkan terkadang kita sudah mengeluarkan jutaan rupiah untuk sebuah acara KKR namun tidak satu jiwa baru pun dimenangkan atau bertambah dalam jemaat kami sebab ternyata yang meresponi altar call merupakan jemaat gereja lain yang mengalami jamahan Tuhan untuk bertobat. Tentunya kami mengembalikan dia ke gereja asalnya.

Tidak perlu menjadi orang yang pandai berbicara apalagi memanipulasi untuk menjadi penginjil. Anda dipanggil untuk menjadi saksi Kristus dan bukan salesman, jadi jangan kuatir. Roh Kudus akan menyertai anda, memberikan hikmat dan kemampuan untuk menghidupi kebenaran Firman Tuhan. Perubahan yang dikerjakan Tuhan dalam hidup Anda akan juga berimbas pada orang lain di sekitar anda. Mereka pun dapat merasakan bahkan melihat Tuhan melalui diri anda.


Di dalam ayat Firman Tuhan; 1 Yohanes 4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. 4:21 Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.
Bila anda menyatakan mengasihi Tuhan, tunjukkanlah hal itu dengan mengasihi sesamamu manusia tanpa pamrih dan akal bulus sebab Tuhan menghendaki kita menjadi orang yang tulus.

Tidak ada komentar: