Selasa, 21 Juni 2011

CALLED TO BE MINISTERS (PANGGILAN UNTUK MELAYANI)


CALLED TO BE MINISTERS
(PANGGILAN UNTUK MELAYANI)



“Tetapi Saudara tidak seperti itu, sebab Saudara telah dipilih oleh Allah sendiri sebagai imam Raja itu, suci serta murni, dan milik Allah pribadi, supaya Saudara dapat memperlihatkan kepada orang lain bagaimana Allah memanggil Saudara keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangNya yang ajaib.”(1 Petrus 2:9 FAYH)

Setiap orang yang mengaku dirinya Kristen atau anak Tuhan diutus oleh Tuhan untuk menggenapi Amanat Agung,”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKU dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20). Setiap anak Tuhan adalah murid Kristus, Tuhan Yesus mencari murid dan anak yang mau bertumbuh dalam Dia. Tuhan tidak mencari “anggota” Jesus Christ Fans Club! Ia mencari anak-anak yang dengan tulus mau terus bertumbuh di dalam Dia, bekerja bersamaNya sebagai rekan sekerja di ladang Tuhan.
Orang Kristen dipanggil untuk membawa suatu perubahan bagi dunia ke arah yang lebih baik tentunya. Tuhan Yesus menyatakan,”Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:13-16).

Namun tak dapat dipungkiri pula bahwa banyak sekali orang yang mengaku dirinya Kristen tetapi tidak mencermin Kristus. Padahal mereka sudah berjemaat bahkan aktif pelayanan selama belasan bahkan puluhan tahun. Mereka jelas “agamawi” tetapi kehilangan “spiritualitas/hubungan” bersama dengan Kristus. Bila ditilik mereka lebih mirip dengan orang Farisi daripada Kristus pada era Perjanjian Baru. Orang tipe inilah yang banyak kali menghalangi orang berdosa bertemu dengan Kristus. Setiap perkataannya selalu mengutip FIRMAN TUHAN namun kehidupan sehari-harinya bertentangan dengan apa yang diucapkan.
Ada pula orang Kristen yang hidup hanya untuk dirinya sendiri, mereka berpikir sekali selamat tetap selamat. Pokoknya sudah mengucapkan “sinner prayer” (doa pengakuan dosa), mengaku dengan mulut mereka dan mengaku Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka sekarang mereka pasti selamat meskipun tetap hidup dalam dosa. Inilah contoh seorang beragama Kristen yang sering menjadi sandungan dalam kehidupan masyarakat. Mengaku Kristen (anak Tuhan) tetapi cara berbicara maupun kelakuan tidak ada ubahnya dengan “children from hell”(anak-anak dari neraka).
Ini merupakan dua contoh “borok” yang ada dalam hidup kekristenan kita dewasa ini. Senang atau tidak tetapi itulah kenyataannya.
Hal ini bukan saja membuat ke-kristen-an dipandang sebelah mata, namun juga mempengaruhi orang-orang Kristen yang baru melek alias lahir baru. Sulit sekali bagi mereka untuk dapat mengerti bahwa ALLAH sendirilah yang turun tangan dan sendiri yang memilih kita untuk menjadi alatNYA, menjadi perpanjangan tanganNYA di muka bumi ini. Sulit sekali bagi kebanyakan anak Tuhan melihat siapa diri mereka yang sebenarnya, apa tujuan ALLAH menciptakan mereka di muka bumi ini dan apa tugas utama mereka dimuka bumi ini. Mungkin mereka tahu bahwa Alkitab menyatakan dalam kitab Kejadian 1:26,”Berfirmanlah Allah:”Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.....” sekedar tahu , tidak akan mengubah apa-apa. Hanya dengan percaya bahwa kita diciptakan segambar dengan DIA, menyadari untuk apa kita diciptakan baru kemudian melangkah dengan “confidence”(percaya diri) sebagai anakNYA, menerima penugasan yang telah diberikan Allah untuk menjadi saksiNYA yang hidup dan membawa perubahan bagi lingkungan tempat kita berada.
Mengapa kita gagal melihat diri kita sebagai anak Tuhan? Biasanya kita bermasalah dengan rasa percaya diri, citra diri kita mungkin rusak atau rendah. Sebuah ilustrasi akan saya gunakan untuk menggambarkan hal ini.

MENGAPA KITA GAGAL MELIHAT DIRI KITA SEBAGAI ANAK TUHAN?

Sebagaian besar dari kita memiliki masalah dengan yang namanya “PERCAYA DIRI”, citra diri kita yang rusak, salah atau rendah.
Di sambut oleh kokok ayam jantan yang bersahutan di pagi hari dan sinar mentari yang masih tampang malu-malu di ujung ufuk timur dan desahan udara pagi yang mengelus halus dirinya. Seorang petani bersiap melangkahkan kakinya menuju gunung batu yang terletak di belakang pertaniannya. Dengan antusias dan bernyanyi-nyanyi kecil, sambil sesekali memandang keindahan pemandangan lembah dan hutan di bawahnya.
Saat tiba di puncak, petani ini menghirup nafas dalam-dalam dan merasakan kesegaran udara yang mengalir masuk ke dalam rongga dadanya. ia sangat mengucap syukur saat menyaksikan ciptaan Tuhan yang luar biasa ini. Sejenak matanya beralih pada tanaman Edelweis yang ada di sisi puncak gunung itu. Dengan perlahan-lahan dan hati-hati ia menuruni tebing terjal terjal itu untuk memetik beberapa tangkai bunga edelweiss yang hendak ia persembahkan bagi istri terkasihnya. Saat ia tengah asyik memetik tiba-tiba matanya teralih pada sebuah sarang burung terselip di antara bebatuan.
Ia memandang sarang itu dan bertanya-tanya dalam hatinya,”Sarang burung apakah ini?” Ia melihat kesana kemari, namun tak ia temukan tanda-tanda kehidupan dari burung penghuni sarang tersebut. Segera ia melongokkan kepalanya ke dalam sarang itu dan ternyata ada beberapa butir telur di dalamnya. Sekali lagi ia melihat sekelilingnya, dalam hatinya ada dorongan untuk mengambil sebutir telur, tetapi ada juga seruan dalam hatinya untuk tidak mengambil telur tersebut. Demi memuaskan rasa penasarannya, akhirnya ia memutuskan untuk mengambil sebutir dan setibanya di pertanian, dia segera ke kandang ayam dan menyimpannya di antara telur-telur yang sedang dierami.
Tibalah waktu yang ditunggu-tunggu telur-telur itu menetas, petani itu memperhatikan anak-anak ayam yang menetas satu per satu, Dengan harap-harap cemas, petani itu menantikan akan menjadi burung apa, telur yang dibawanya dari gunung itu “Wouw!” Ternyata anak seekor burung rajawali, ia biarkan rajawali mungil itu bertumbuh di tengah ayam-ayam peliharaannya.
Anak rajawali ini besar di keluarga ayam, berpikir seperti ayam, mencari makan seperti ayam, dan merasa dirinya sebagai seekor ayam terjelek di muka bumi sebab ia berbeda dari saudara-saudaranya yang lain. Ia merasa mungkin dulu “mama” suntik hormon hingga terlahirlah ia menjadi “seekor ayam besar” yang tidak cakap menangkap cacing dan bersuara jelek tidak seperti ayam jantan lainnya saat berkokok...ia nampak sangat memalukan sebagai seekor ayam jantan...ia tak punya taji, ia kalah terus saat berkelahi. “Ayam jantan muda” itu sangat rendah diri dan merasa bukan siapa-siapa. Ia menjadi bahan ejekan ayam-ayam di pertanian.
Sampai suatu hari ia melihat seekor burung rajawali terbang di atas hutan dekat pertanian tersebut. Ia melihat betapa gagahnya burung itu, sangat percaya diri. Saat itulah ia melihat saudara-saudara maupun induk ayamnya berlarian bahkan para pejantan tangguh yang sering mengejeknya pun lari bersembunyi melihat “burung rajawali” yang gagah itu sedang mencari mangsa. Saat ayam lain berteriak-teriak ketakutan memperingatkan dia, ia merasa tidak gentar....ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya secara naluriah.
“Ayam jantan muda” itu merenungkan hidupnya dan berandai-andai seandainya ia seperti burung itu,”Wah hebatnya hidup ini bila aku bisa seperti dia. Ah, aku hanya bermimpi saja....aku khan hanya seekor ayam cacat.”
Semenjak kejadian tersebut, ia sering termenung memandangi kekurangannya. Ia ingin berubah namun bagaimana caranya? Ia mulai mengintrospeksi diri, ia melihat dirinya apa adanya. Bagaimana ia sangat berbeda dengan ayam lainnya? Bagaimana ia sebagai seekor ayam bisa memperbaiki diri dalam kehidupan? Semakin ia memperhatikan dirinya semakin ia menyadari bahwa ia sama sekali tidak nampak sebagai seekor ayam. Ia mulai menyadari bahwa ia lebih serupa dengan burung rajawali, yang sering ia lihat terbang di atas hutan dan bila sore sudah mendekat terbang ke arah pegunungan. Ia bertanya-tanya apakah ini hanya mimpi?
Lalu “ayam jantan muda” itu bertanya pada induknya,”Ma, sepertinya aku ini seekor rajawali.” Induk ayam,”Terperangah dengan pernyataan putranya itu dan lalu meledaklah tawanya.” “Nak, kamu memang berbeda namun kamu ini ayam, jadi jangan kamu bermimpi menjadi seekor rajawali.”
Meskipun ia diejek ia mulai berlatih untuk terbang. Ayam-ayam yang lain tertawa menyaksikan “ayam jantan muda” ini berlatih terbang. Mereka mengatakan padanya,”Eh bodoh, engga ada ayam yang bisa terbang seperti rajawali.” Namun “ayam jantan muda” tak mau mendengarkan apa yang dikatakan ayam lainnya. Ia giat berlatih untuk terbang dengan menaiki pagar tetapi ia jatuh tersungkur... namun ia mencoba lagi dan pantang menyerah sampai suatu hari ia mulai mahir terbang jarak rendah dari pagar ke kandang ayam.
Ia pun mendeklarasikan bahwa ia akan coba terbang dari atas atap rumah Sang Petani, semua ayam berkumpul dan memandang bahwa sungguh “ayam jantan muda” ini sudah tidak waras...maklum ia cacat pikir mereka. Saat “ayam jantan muda” itu berlari dan melompat. Hup!!! Ayam-ayam di bawah terkejut melihat kenekatannya, ada yang menutup mata dan ada yang terbengong-bengong dengan paruh terbuka. Mereka berpikir “ayam jantan muda” itu akan jatuh tetapi tiba-tiba,”Wuuussshhhhh!” “Ayam jantan muda” itu terbang ke angkasa bagaikan rajawali meninggalkan tanah pertanian itu menuju hutan.
Saat ia bertemu dengan rajawali-rajawali muda lainnya, ia memandangi mereka dan lalu ia pandangi dirinya. Tersadarlah ia bahwa dirinya bukanlah “ayam jantan muda” tetapi “RAJAWALI MUDA”.
Ia seekor rajawali yang terlahir dan besar di antara ayam namun sebenarnya ia keturunan rajawali, yang seharusnya hidup sebagai seekor rajawali.


Kita pun lahir dan hidup di dunia namun bukan berarti kita ini milik dunia dengan hidup dan tunduk pada hukum dunia ini. Sebab kita ini anak-anak Tuhan, yang merupakan ciptaan baru dalam Kristus dan tidak sama dengan mereka yang belum hidup dalam Kristus,
TUHAN menciptakan kita dalam rupa dan gambarNYA selama ini kita hidup dalam dosa dan nilai dunia yang telah bobrok. Iblis telah menipu manusia, budaya dan nilai dalam masyarakat kita yang mungkin tidak berpadanan dengan Firman Tuhan, cara orangtua kita memperlakukan kita mungkin kurang baik hingga kita memandang rendah diri kita. Namun saat ini saya mau katakan bahwa engkau berharga di mata TUHAN dan IA memiliki rencana yang indah atas hidupmu. Kau bukan “ayam” tetapi “rajawali”!!!
Seringkali rencana Tuhan dalam hidup kita mentah sebab kita lebih mempercayai “apa kata orang atas diri kita” ketimbang apa yang Tuhan katakan melalui Firman Tuhan tentang diri Anda.

INILAH SURAT CINTA DARI BAPA SURGAWI BAGI ANDA

Dear anakKU tercinta,

Nak, AKU menyelidiki dan mengenal dirimu (Mazmur 139:1). AKU tahu saat engkau duduk atau berdiri bahkan apa yang sedang kau pikirkan (Mazmur 139:2). AKU tahu saat engkau berjalan atau berbaring (Mazmur 139:3).
Bila tidak seekor burung pipit pun dapat jatuh ke tanah tanpa setahu AKU, terlebih lagi dirimu lebih berharga dimataKU (Matius 10:29-31). AKU menciptakan engkau menurut gambar dan rupaKU (Kejadian 1:27). Kau hidup, bergerak dan ada di dalam AKU, sebab kau adalah anakKU (Kisah Para Rasul 17:28).
AKU telah mengenal engkau sebelum engkau dibentuk dalam kandungan ibumu (Yeremia 1:4-5). Pada saat engkau terbentuk dalam rahim ibumu AKU ada disana dan AKU telah merencanakan kehidupanmu (Mazmur 139:15-16). AKU menyertai engkau sejak engkau lahir dan selalu menolongmu (Mazmur 71:6) AKU sangat mengasihimu kiranya engkau pun hidup dalam kasih (1 Yohanes 4:16).
Janganlah engkau kuatir dalam hidupmu sebab AKU akan memeliharamu asalkan engkau mengutamakan diriKU dan hidup menurut kehendakKU (Matius 6:31-33). Sebab masa depanmu yang penuh pengharapan ada dalam tanganKU (Yeremia 29:11). Sebab AKU mengasihimu dengan kasih yang kekal (Yeremia 31:3).
Kau senantiasa ada dalam pikiranKU (Mazmur 139:17-18). Saat kau mencari AKU dengan segenap hatimu AKU akan hadir (Ulangan 4:29).
AKU itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Aku menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya (Mazmur 34:18). Kau akan tinggal bersama-sama denganKU. AKU akan hapuskan setiap tetes air matamu, tidak ada lagi maut, dukacita, tangisan atau kesakitan. (Wahyu 21:3-4). AKU ada di pihakmu (Roma 8:31). MurkaKU atasmu telah dipadamkan oleh penebusan KRISTUS YESUS (1 Yohanes 4:10).
KasihKU terhadapmu tidak akan terpisahkan oleh apapun juga (Roma 8:38-39).

Dari hati yang terdalam,

PAPA SURGAWI-MU

APA YANG TUHAN KATAKAN MENGENAI PANGGILAN KITA?

Pandangan kita mengenai diri kita pribadi lepas pribadi harus berdasarkan apa yang Tuhan nyatakan melalui Firman Tuhan. Ada banyak pernyataan Firman Tuhan yang menyatakan panggilan dalam kehidupan kita.

Dalam Matius 5:13 Tuhan Yesus menyatakan kita adalah GARAM DUNIA.
Garam memiliki citra rasa, sebagai seorang Kristen seharusnya kehidupan kita dapat menjadi citra rasa yang berbeda dalam masyarakat. Kehidupan kita seharusnya menjadi berkat dan bukannya sandungan. Keharmonisan dan kesetiaan dalam rumahtangga Kristen dapat menjadi “flavour” yang berbeda dalam masyarakat dunia umpamanya.
Garam memiliki kemampuan untuk memperlambat kebusukan. Pada zaman dahulu untuk mengawetkan daging dan ikan penduduk mengusapinya dengan garam untuk mencegah proses pembusukan. Demikian pula dengan orang Kristen seharusnya hidup dalam standar kebenaran hingga dapat memperlambat kebobrokan dalam kehidupan masyarakat dan bukannya berkompromi.
Garam juga menimbulkan rasa haus. Bila kita terlalu banyak mengkonsumsi garam timbul rasa haus atau ingin minum. Bila kehidupan kita terkoneksi dengan Tuhan akan ada banyak orang yang hendak dekat dengan anda dan mendengarkan kebenaran yang memerdekakan mereka. Tuhan Yesus berkata,”Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air kehidupan” (Yoh 7:38). Air kehidupan inilah yang akan memuaskan mereka yang haus akan Tuhan.

Juga di dalam Matius 5:14 Tuhan Yesus menyatakan bahwa kita adalah TERANG DUNIA.
Terang tidak dapat disembunyikan. Orang Kristen seharusnya menjadi teladan hidup dan berani tampil beda dalam berbagai segi kehidupan kita dalam hal kesalehan, watak, moral, pengaruh, ambisi, hubungan maupun penyerahan pada Tuhan.
Terang tidak dikuasai kegelapan, dimana ada terang kegelapan lenyap. Dunia saat ini berada dalam kegelapan dan membutuhkan seberkas cahaya untuk membawa mereka keluar dari kegelapan yang selama ini menyelimuti mereka.

Bila orang Kristen tahu bahwa sebenarnya dirinya dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia, mengapa sampai saat ini masih melempem dan tidak menanggapi panggilannya?
Salah satu penyebab hal ini terjadi adalah akibat terjadinya “kecelakaan gereja” pada abad 4 M saat Kaisar Konstantin menetapkan Kristen sebagai agama negara. Lalu ia menetapkan kaum imam atau rohaniwan sebagai hamba Tuhan profesional dan memisahkan mereka sebagai orang-orang khusus. Sedang orang Kristen lainnya hanya sebagai kaum awam yang dari waktu ke waktu dilayani oleh kaum profesional ini.
Gereja yang tadinya merupakan kumpulan orang percaya yang “saling” melayani berubah pola. Gereja yang tadinya menitik beratkan pada hubungan (relation) dengan Tuhan dan dengan sesamanya, kini berubah menjadi agama (religion) semata. Titik berat kekristenan lebih pada liturgi ibadah dan aktivitas di tempat ibadah daripada fokus pada perubahan menjadi lebih seperti Kristus setiap hari. Jadi kurang lebih 16 abad sudah kita menganut sistem gereja seperti itu. Hingga jemaat “awam” pun sulit untuk bergerak, kebanyakan melepaskan tanggungjawab tersebut pada kaum “profesional”. Banyak orang enggan memenuhi panggilan ini sebab keengganan untuk hidup mengikuti teladan Tuhan Yesus.

Saya mau katakan bila Anda seorang Kristen maka Anda akan memikul salib setiap hari bagi Kristus (Luk 9:23). Siapapun yang tidak mau memikul salib dan mengikuti teladan Kristus, ia bukan seorang Kristen (arti Kristen adalah mengikuti jalan Kristus/pengikut Kristus).
Mungkin anda lebih tepat dikatakan sebagai seorang beragama Kristen (Kristen KTP) tetapi bukan seorang Kristen sejati. Seorang beragama Kristen yang hidup bertentangan dengan Firman Tuhan dan tidak meneladani kehidupan Kristus, Firman Tuhan katakan sebagai “orang fasik”, tahu kebenaran namun tidak melakukannya apalagi berubah menjadi segambar dengan Kristus
Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman:”Apakah urusanmu menyelidiki ketetapanKu, dan menyebut-nyebut perjanjianKu dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran dan mengesampingkan firmanKu? Jika engkau melihat pencuri, maka engkau berkawan dengan dia, dan bergaul dengan orang berzinah. Mulutmu kaubiarkan mengucapkan yang jahat, dan pada lidahmu melekat tipu daya. Engkau duduk, dan mengata-ngatai saudaramu, memfitnah anak ibumu. Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu. Perhatikanlah ini, hai kamu yang melupakan Allah; supaya jangan Aku menerkam, dan tidak ada yang melepaskan (Mzm 50:16-22).
Orang fasik senang mendengar, menyelidiki bahkan menyampaikan Firman Tuhan dan terlebih sering mengklaim janji Tuhan atas kehidupannya. Sayangnya, ia seorang yang tak mau berubah bila ada firman Tuhan yang menuntut pertobatan atau perubahan dalam hidupnya, ia suka berkompromi dengan nilai-nilai dunia dan hidup dalam kedagingan (keakuan), suka menggossip bahkan memfitnah keluarga sendiri. Tanpa sadar orang fasik berpikir bahwa ia bisa mengatur Tuhan dan beradu argumentasi dengan menggunakan firman Tuhan untuk kepentingan pribadinya.
Bila kita saat ini masih dalam kondisi seperti itu, sebaiknya kita bertobat dan mohon anugerahNya. Apakah kita akan terus menyerah dengan keadaan ini? INGAT: TUHAN YESUS tak pernah membawa agama baru tetapi memulihkan HUBUNGAN antara ALLAH dengan manusia. Tuhan menghendaki kita bukan saja menyelidiki kebenaran firman Tuhan namun juga menjadi pelaku firman. Bukan sekedar mematuhi peraturan agama, Tuhan tidak terkesan oleh tindakan lahiriah kita, IA terkesan ketika kita mentaati firmanNya meskipun tidak ada seorang pun yang menyaksikan apa yang kita perbuat. Ia ingin segala sesuatu yang kita perbuat terlahir dari kasih kita padaNya.

Banyak orang Kristen yang memiliki konsep yang salah dalam memandang “pelayanan”, akibat “kecelakaan gereja” tersebut. Ada pemikiran bahwa hanya orang-orang pilihan saja yang dapat terlibat “pelayanan”, ada lagi yang berpikir bahwa pelayanan itu terbatas pada jenis pelayanan ibadah di dalam gedung gereja. Ada pula yang berpikir bahwa mereka tak punya waktu dan tenaga untuk ikut pelayanan sebab sudah sangat sibuk dengan aktivitas kantor atau usaha, mereka berpikir untuk pelayanan harus menjadi rohaniwan atau “full-timer” di gereja. Kadang juga ada yang berpikir bahwa untuk pelayanan itu berarti harus bepergian ke suatu daerah di pedalaman sebagai misionaris dan menderita miskin. Kita harus mengubah konsep-konsep yang salah tersebut.

Seseorang yang terlibat dalam pelayanan belum tentu mengasihi Tuhan, tetapi seorang yang mengasihi Tuhan, ia pasti melayani Tuhan dengan segenap hatinya dan dengan segenap daya upayanya. Ia tidak menunggu fasilitas, ia tidak menuntut apa yang Tuhan dapat berikan bagi dirinya namun mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan.

ALKITAB MENYATAKAN TUBUH KITA ADALAH RUMAH ROH KUDUS (1 KOR 6:19)

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1 Kor 6:19)

Saya akan menggunakan sebuah analogi mengenai sebuah villa (rumah liburan/peristirahatan di luar kota) dan rumah tempat tinggal.
Banyak orang kaya memiliki villa di daerah yang tenang, berudara sejuk dan biasanya berpanorama indah. Berbagai fasilitas ada di rumah peristirahatan ini tetapi tidak setiap hari si empunya tinggal di tempat tersebut, hanya mungkin saat liburan, akhir pekan, atau saat ingin menyepi. Kadang kala mungkin bahkan hanya sekali atau dua kali dalam setahun ia berkunjung ke villa tersebut. Banyak di antara kita yang memandang kehidupan kerohanian kita seperti mengunjungi villa. Kita berpikir dengan membaca Alkitab satu pasal sehari, berdoa 30 menit sehari, pergi ke gereja seminggu sekali, mengikuti pendalaman Alkitab tiap hari Rabu dan doa malam tiap Jumat sudah membuat dia menjadi seorang Kristen yang baik. Semua aktivitas tadi itu baik tetapi bila itu hanya sekedar sebagai kebiasaan atau rutinitas sebagai orang Kristen, maka malang nian nasibnya. Saya menyebut orang seperti ini sebagai orang Kristen check-list. Ke-Kristenan dijalani bukan sebagai hubungan dengan Tuhan dan dengan sesamanya tetapi sebagai rutinitas keagamaan yang menjemukan.
Apa bedanya dengan rumah tempat tinggal? Rumah tempat kita tinggal merupakan tempat kita melakukan banyak aktivitas, entah itu tidur, makan, bekerja, mandi, bermain, menonton TV, membesarkan anak-anak, bercengkerama dengan pasangan, dll. Setiap hari kita ada di rumah, ini merupakan gambaran tubuh kita sebagai tempat tinggal Roh Kudus. IA hadir dalam hidup kita 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Kemana pun kita pergi IA ada beserta kita. KuasaNYA akan memampukan kita untuk melayani, hikmatNYA memampukan kita untuk menjalani kehidupan dan berhubungan dengan orang lain.
TUHAN memanggil kita menjadi garam dan terang dunia, di tempat kita berada. IA menghendaki kita menjadi garam dan terang saat kita ada di tempat kita bekerja, saat di pasar, saat bersekolah, saat berkendaraan, dan diberbagai aktivitas lainnya. Kita tidak perlu membuat program khusus penginjilan terlebih dahulu. Satu hal saja, hiduplah dalam “sense of awareness of GOD” (kesadaran akan kehadiran TUHAN). Saat kita hidup dalam kesadaran akan kehadiran TUHAN setiap saat bersama kita, maka pasti akan ada perbedaan dalam kehidupan anda yang dapat dirasakan dan dilihat oleh orang lain. Saat kita hidup di dalam DIA maka pelayanan bukan lagi program namun menjadi bagian hidup kita.
Kita dapat melayani setiap hari tanpa perlu pergi ke daerah terpencil, jalanilah kehidupan Anda sebagaimana biasanya namun dengan cara pandang yang berbeda. Salah satu mentor saya, Robert Fitts Sr, mengajarkan agar setiap hari kami berdoa untuk suatu “divine appointment” (pertemuan ilahi). Maksudnya meminta pada Tuhan agar kita dipertemukan dengan seseorang yang Tuhan kehendaki untuk kita layani.
Lihatlah orang-orang disekitar Anda sebagai orang-orang yang memerlukan Kristus. Mulailah berdoa agar Roh Kudus menuntun anda pada orang yang tepat yang membutuhkan TUHAN. Mungkin ada seseorang yang membutuhkan makanan, berilah ia makan. Bila ada orang yang sakit dan tidak memiliki biaya ke dokter, Anda bertindak bawa orang tersebut ke dokter atau bila Anda tidak punya apa-apa sekalipun mintalah izin untuk mendoakan kesembuhannya dengan sopan. Ketika seseorang ingin berbagi beban hidupnya, berikanlah telinga Anda untuk mendengarkan dirinya. Roh Kudus akan menuntun dan memberi hikmat apa yang harus Anda lakukan.
TUHAN tidak mencari orang yang mampu tetapi yang mau taat padaNYA. Apakah Anda MAU?

Tidak ada komentar: