Minggu, 28 Agustus 2011

PENGINJILAN SEBAGAI BAGIAN HIDUP YANG ALAMI


PENGINJILAN SEBAGAI BAGIAN HIDUP YANG ALAMI




Kita sampai pada bagian terakhir, saya berdoa dan berharap, setiap orang yang membaca buku ini tersadar bahwa Tuhan memanggil kita semua untuk mengabarkan kabar baik.
Mengabarkan Kabar Baik itu tidak sulit dan mengerikan. Kita hanya perlu menghidupi apa yang kita percayai atau imani. Hingga gaya hidup kita berbeda dari gaya hidup orang dunia.
Gaya hidup orang percaya tidak identik dengan gaya hidup barat yang bebas mau melakukan apa saja, sebagaimana diduga oleh “orang dari agama tetangga”. Sebab standar kehidupan kita jauh berbeda dari agama manapun. Agama lain mengajarkan agar kita melakukan kebaikan atau amal dan reward (hadiah)nya adalah hidup kekal di surga. Itu pun bila amal kebaikannya jauh lebih banyak dari kejahatan dosanya. Esensi agama adalah upaya manusia mendekati Sang Pencipta dengan mentaati hukum-hukum dan melakukan amal ibadah. Inilah agama atau religi.

Kekristenan bukan sekedar agama/religi, kekristenan merupakan pemulihan relasi/hubungan dengan Tuhan. Bukan kita yang mencoba mendatangi Tuhan namun Tuhan-lah yang datang pada kita dan membuka jalan agar kita dapat kembali padaNya.

Kita diselamatkan oleh Kristus melalui karya salib dan bukan karena usaha atau perbuatan baik kita. Alkitab menyatakan “semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus” (Roma 3:23, 6:23). Lebih jauh lagi dalam kitab Efesus, Rasul Paulus menyatakan,”Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri.”(Efesus 2:8-9). Saat menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan, Raja dan Penyelamat kita, kita dijadikan ciptaan baru. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor 5:17) Kita menjadi ciptaan baru, kita menjadi anak Tuhan,”Semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya” (Yoh 1:12). Kita anggota KeluargaNYA, DNA Kristus kini ada dalam hidup kita. Maka kini kita memiliki kesanggupan untuk hidup benar sebab Tuhan yang ada dalam kita hari lepas hari akan memampukan kita hidup sesuai kebenaran. IA akan mengajar kita untuk hidup dalam kebenaran.
Hidup kita seharusnya mencerminkan Kristus yang adalah Kabar Baik itu sendiri. Dalam Matius 6:33, Kristus mengajarkan “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Ayat ini banyak disalahtafsirkan termasuk oleh saya dulu. Ayat ini tidak berbicara mengenai kita seharusnya lebih rajin mengikuti tiap kegiatan di gereja atau aktivitas pelayanan. “Carilah Kerajaan Allah” menekankan mengenai keharusan kita untuk tunduk pada otoritas Kristus sebagai Raja atas hidup kita (His Lordship) dan hidup dalam kebenaran Firman Tuhan setiap saat. Bila Tuhan memberkati kita, baik berkat rohani maupun jasmani, itu semua untuk memperlebar Kerajaan Allah, bukan kerajaan kita sendiri atau sekedar hanya memperlebar “perut sendiri”.

Dalam buku ini saya telah banyak mengulas bahwa penginjilan merupakan bagian hidup. Kita adalah makhluk sosial yang setiap hari bersosialisasi dengan sesama manusia. Kita bisa berinteraksi melalui berbagai macam hal, seperti hobi, suatu peristiwa dalam kehidupan baik itu suka maupun duka, dll.
Bila kita memiliki materi, kita dapat menolong mereka yang berkekurangan, melakukan aksi sosial, menolong korban bencana alam, membantu anak yatim piatu, orangtua jompo, membuka lahan pekerjaan untuk mengentaskan kemiskinan, dan masih banyak hal lagi.
Sekalipun Anda tidak punya materi, Anda tetap dapat memberi diri untuk menolong orang lain untuk memperlebar Kerajaan Allah. Saat Anda membuka diri untuk menjadi tempat “curhat”, saat Anda memberikan konseling dan bantuan doa, mengucapkan kata-kata yang inspiratif dan membangkit semangat, memberikan pelukan, tertawa bersama dan menangis bersama.
Jangan membatasi dirimu sebab Tuhan dalam dirimu tak terbatas. Tuhan sangat kreatif dan inovatif. Izinkan Dia bermanifestasi melalui diri anda menyentuh jiwa-jiwa yang membutuhkan DIA.
Melangkahlah dengan iman, percayalah bahwa Tuhan beserta denganmu. Sebelum engkau memberitakan Kabar Baik pada orang lain, hidupilah kebenaran itu sendiri. Jadilah “kabar baik” (seorang yang diubahkan oleh Tuhan) terlebih dulu. Orang perlu dapat menerima dirimu terlebih dahulu sebelum dapat menerima apa yang kamu sampaikan.
Dan lihatlah hal yang menakjubkan yang Tuhan akan kerjakan melalui dirimu. IMMANUEL, Tuhan besertamu, sampai kesudahan zaman (Mat 1:23, 28:18-20).




INTISARI KABAR BAIK (INJIL)


INTISARI KABAR BAIK (INJIL)




Setelah banyak membahas perihal bagaimana menjadi saksi maka dalam bab ini saya akan lebih banyak membahas intisari dari Injil yang kita imani, hidupi dan saksikan pada sesama kita.
Saya akan coba menyegarkan ingatan akan dasar iman kekristenan kita semua.

ALLAH

Dalam Alkitab ada empat penyataan besar tentang Allah:

a. Allah adalah Roh (Yohanes 4:24). Ia bersifat rohani, tidak bertubuh tetapi berkepribadian. Alkitab menyatakanNya sebagai suatu Oknum. Segala sesuatu yang ada di dunia bersumber pada Allah. Bila dalam Alkitab disebutkan tentang mata, tangan, telinga, mulut atau nafas Allah, maka semua merupakan ucapan antropomorfis, yang menggambarkan sifat-sifat Allah menurut bentuk dan sifat pribadi manusia agar mudah dipahami manusia.
b. Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8,16; Yohanes 3:16). Ia mengasihi kita sampai kapan pun sebab Ia adalah kasih. Ekspresi kasihNya dapat kita saksikan melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib.
c. Allah adalah terang (1 Yohanes 1:5). Terang menggambarkan kekudusan dan kebenaran Allah.
d. Allah adalah api (Ulangan 4:24, Ibrani 12-29). Kasih Allah dalam kekudusan, kasih yang memurnikan tabiat dosa dalam diri manusia. Barangsiapa tetap hidup dalam dosa ia akan binasa tetapi Tuhan menghendaki manusia untuk bertobat dan beroleh hidup kekal.

ALLAH yang kita sembah adalah esa (Ulangan 6:4). Esa berarti satu, dengan kata lain Allah yang kita sembah adalah satu dan bukan banyak tuhan/dewa.
Dalam Allah ada tiga Oknum (Pribadi), Allah Bapa (Keluaran 20:2), Anak (Tuhan Yesus) (Yohanes 1:1) dan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 5:3). Tercatat pula dalam Matius 28:19,”Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” atau dalam Kejadian 1:26,”Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita...”

Seringkali orang “non Kristen” berpikir bahwa kita menyembah tiga Allah, tidak kita menyembah Allah yang esa. Almarhum Amran Amrie, yang berlatarbelakang “non Kristen” menjabarkan perbedaan di antara esa dan satu. Bila kita memiliki sebuah (satu) roti lalu kita memakannya maka roti itu habis dan tak dapat dibagikan pada sesama. Berbeda dengan esa (satu), beliau mengibaratkannya dengan sebuah resep cara membuat roti. Resepnya hanya ada satu tetapi tidak pernah habis meskipun telah dibagikan pada banyak orang. Allah yang esa tak terbatas kuasaNya.

Ada pula yang menggambarkan keesaan Allah dalam bentuk buah jeruk. Dimana buah jeruk terdiri dari kulit, buah dan biji; bentuk dan fungsinya mungkin berbeda satu dengan yang lain tetapi dalam sebuah kesatuan merupakan buah jeruk.
Atau banyak pula yang menggunakan ilustrasi matahari sebagai gambaran, matahari dapat kita lihat berada di langit, kita dapat merasakan sinar panasnya dan manfaatnya menerangi bumi.
Gambaran lain adalah manusia itu sendiri, Dave yang memiliki jabatan sebagai Pendeta, saya juga seorang suami dari Novie dan ayah dari Philip. Ada tiga fungsi tetapi satu pribadi.

Allah menyatakan bahwa Ia menciptakan manusia segambar dengan diriNya (Kejadian 1:26-28).
Manusia terdiri atas tubuh, jiwa dan roh. Ada tiga hal dalam diri kita tetapi satu manusia. Jadi tidak perlu heran bila Allah terdiri atas tiga Pribadi atau Oknum.
Allah juga merupakan Allah yang komunal sehingga Ia menyatakan manusia tidak baik seorang diri saja. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial. Allah-lah yang memprakarsai lembaga pernikahan maupun kehidupan dalam rumahtangga (suami, istri dan anak).

Alkitab menyatakan bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup, aktif dan bertindak (Yohanes 5:17). Ia memanggil kita untuk terlibat bersamaNya dalam rencana agungNya (2 Korintus 6:1)

MANUSIA

Sebagaimana telah dibahas sedikit di atas manusia diciptakan segambar dengan Allah, diberi kuasa oleh Allah atas segala binatang dan ciptaan yang lainnya (Kejadian 1:26-28).

Jadi jelaslah manusia tidak sama dengan binatang, sebab manusia diberikan kuasa atas segala ciptaan Tuhan. Manusia memiliki keunikan dan kreativitas yang ada dalam diri Allah. Kita dapat melihat bagaimana manusia dapat mendesain pakaian yang terus berkembang dari masa ke masa, pernahkah Anda melihat seekor simpanse mendesain pakaian? Kita manusia dapat menciptakan kendaraan bermotor seperti mobil atau sepeda motor, pernahkah Anda melihat kuda menciptakan benda semacam itu?
Ini hanya untuk menekankan bahwa manusia tidak sama dengan binatang, sebagaimana yang diyakini oleh “beberapa orang”.

Citra Allah dalam diri manusia dapat dilihat dari beberapa kemampuannya:

- Manusia mampu berpikir (berakal budi).
• Manusia dapat menerima perintah Tuhan (Markus 12:30)
• Manusia dapat diajar (Mazmur 32:8)
• Manusia dapat mengambil keputusan (Kejadian 2:19-20)
• Manusia dapat ditegur (Ibrani 12:5-11)

- Manusia mampu bergaul, bersosialisasi dan mengasihi sesama
Binatang berkembang biak, memeilihara anak-anaknya dan “bergaul” juga. Tetapi perbedaan yang mendasar adalah kemampuan manusia dalam “mengasihi” merupakan sebuah ciri khas. Kasih merupakan refleksi hubungan manusia dengan Allah (Kejadian 1:26-27, Yohanes 17:23)

- Manusia mampu untuk memilih menurut kata hatinya maupun rasional
Manusia dapat memilih menurut pilihannya sendiri, meskipun tentunya unsur seperti naluri, latar belakang dan pendidikan sangat berpengaruh dalam mengambil keputusan. Sedangkan binatang bertindak menurut nalurinya semata.

- Manusia mampu bersekutu dengan Allah
Sebelum Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, mereka memiliki hubungan yang intim dengan Allah. Manusia memiliki dimensi istimewa: tubuh, jiwa dan roh. Kita juga makhluk rohani yang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan Allah yang merupakan Roh (Kejadian 3:8,9)


Akibat kejatuhan manusia (Adam dan Hawa) dalam dosa:

1. Akibat langsung bagi Adam dan Hawa
- Perasaan bersalah dan malu (Kejadian 3:8-9)
- Menjauhkan diri (bersembunyi) dari Allah (Kejadian 3:8-10)
- Berupaya membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain (Kejadian 3:12-13)
- Dihukum dengan menanggung kesusahan duniawi (Kejadian 3:14-19)

2. Akibat bagi keturunan Adam dan Hawa
- Dosa Adam dan konsekwensi hukuman atas dosa turun pada keturunannya.
- Semua manusia berdosa dan akan menerima hukuman Allah.
- Manusia moralnya makin rusak hari lepas hari.
- Manusia mustahil dapat menyelamatkan dirinya sendiri atau mengatasi kelemahan dalam dirinya dengan kemampuan sendiri.

Mari kita telaah keempat hal ini secara lebih seksama:

- Dosa Adam dan konsekwensi hukuman yang kita warisi.
Kita mewarisi tabiat buruk dari nenek moyang kita, Adam (Kejadian 4:8, 5:1-3). Kita cenderung berbuat jahat (Kejadian 6:5, Mazmur 51:7)
- Semua manusia berdosa dan akan menerima hukuman.
Manusia mewarisi kutuk akibat pemberontakannya terhadap kehendak Allah. Hukuman ketidaktaatan kita padaNya setimpal yaitu hukuman mati.
- Manusia moralnya makin rusak.
Hati manusia menjadi gelap dan rusak (Yeremia 17:9, 13:23, Markus 7:21-23). Semua manusia hidup dalam dosa (Roma 3:9-23, Yesaya 53:5, 64:6-7, Pengkhotbah 7:20)
- Manusia mustahil menyelamatkan dirinya sendiri
Sejak kejatuhan Adam, manusia berada dalam kekuasaan Iblis dan hatinya penuh dosa (Efesus 2:2, Matius 15:18-20)
Allah tidak berkenan pada perbuatan baik, korban dan segala upaya bentuk ritual keagamaan kita (Efesus 2:8-9, 2 Timotius 1:9, Roma 4:5, Titus 3:5, Yesaya 64:6)

TUHAN YESUS

Siapakah Tuhan Yesus? Ia adalah Allah sejati dan manusia sejati (Yohanes 1:1,14). Ia merupakan Pengantara yang menyatakan Allah kepada manusia (Matius 11:27), Ia menebus manusia dari upah dosa yaitu maut agar manusia dapat mengalami pemulihan hubungan dengan Allah (1 Timotius 2:5,6). Tuhan Yesus adalah inti kekristenan. Tak ada seorang pun yang dibenarkan tanpa karya Kristus.
Penginjil terkenal Billy Graham suatu kali memberikan ilustrasi ini. Suatu hari seorang pria berjalan di sebuah taman dan ia melihat iring-iringan semut yang tengah berbaris menuju sarang mereka. Lalu ia melihat rumput ilalang dalam taman itu terbakar akibat seseorang membuang puntung rokok, orang berlarian keluar taman, ia pun mau berlari tetapi ia kasihan pada semut yang tengah berjalan kembali ke sarang mereka yang terletak di areal yang tengah terbakar. Pria itu berteriak memperingatkan gerombolan semut itu tetapi mereka tidak mengerti bahasa manusia. Kecuali manusia itu “menjadi” semut dan memperingatkan dalam “bahasa semut” barulah gerombolan semut itu dapat mengerti bahaya yang tengah mengancam di depan mereka.
Allah mengutus Yesus (Anak/Firman Allah) datang ke dunia terlahir sebagai manusia, agar manusia dapat mengerti rencana keselamatan dan pemulihan yang Allah telah, akan dan tengah kerjakan di tengah kita.
Inti kekristenan terletak pada kepribadian dan pekerjaan Tuhan Yesus Kristus.
1. Yesus bukan manusia dengan kemampuan ilahi atau super seperti Hercules anak Zeus (dalam kepercayaan/mitos Yunani). Yesus juga bukan Tuhan dalam selubung manusia, Ia tidak “menyamar” jadi manusia, melainkan manusia-Ilahi. Dia berinkarnasi, Tuhan yang “menjadi” manusia.
2. Kekristenan mengajarkan melalui karya Tuhan Yesus hubungan (relation/relasi) kita dipulihkan kembali dengan Allah. Inilah perbedaan kita dengan kepercayaan atau agama lain, bukan manusia yang berupaya mencari Allah melainkan Allah dalam Yesus Kristus berinisiatif mencari manusia dan menyelamatkannya (Lukas 19:10, 15:1-10)


SALIB KRISTUS

Salib merupakan prakarsa Allah sendiri, ini merupakan bentuk ekspresi kasih Allah terhadap kita yang luar biasa. Kita sebenarnya tidak layak tetapi kasihNya begitu besar terhadap kita hingga Anak (Yesus) datang untuk membuka jalan kembali bagi kita....hingga Ia dapat berkata pada kita,”Welcome home, my sons and daughters” (Selamat datang di rumah, putra dan putriku).

4 hal utama dari karya salib adalah:

1. Mendamaikan Allah dengan manusia kembali. Pendamaian berarti orang yang percaya pada Tuhan Yesus dilepaskan dari murka Allah (1 Tesalonika 1:10, Roma 3:25, 1 Yohanes 2:2, 4:10).
2. Penebusan, menebus manusia dari perhambaan dosa. Tuhan Yesus menebus kita dengan membayar lunas segenap hutang dosa kita, kini kita adalah “milikNya”.
3. Pembenaran, membuat benar orang yang tadinya berdosa hingga di mata Allah kini orang tersebut seolah belum pernah berbuat dosa. Ini merupakan kuasa darah Yesus yang tercurah di atas kayu salib bagi kita semua yang percaya. (Ulangan 25:1-2, Amsal 17:15, Roma 4:5, 3:24-26, Galatia 2:16,17)
4. Perdamaian, pemulihan hubungan antara manusia dengan Allah (2 Korintus 5:18-21). Kristus adalah pengantara yang membuka jalan (Yohanes 14:6) hingga kita dapat berjumpa dengan Bapa di surga.


ROH KUDUS

Pekerjaan Roh Kudus sangat luas, sukar untuk dirumuskan secara sistematis. Sebab pekerjaanNya meliputi semua aspek pekerjaan Allah dalam penyelamatan manusia.

Dalam buku ini saya membatasi pembahasan pekerjaan Roh Kudus dalam hubunganNya dengan pekabaran Injil.
Roh Kudus-lah yang membawa seseorang pada pertobatan dan menimbulkan keyakinan pada orang tersebut untuk menyerahkan dirinya pada Yesus Kristus. Tugas kita menjadi saksi selanjutnya merupakan pekerjaan Roh Kudus sebab itu jangan berkecil hati bila ada orang yang menolak kita. Ada “kairos” (waktu Tuhan) bagi setiap orang untuk datang padaNya.
Perjanjian Baru mencatat pekerjaan Roh Kudus:
- Menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman (Yohanes 16:8-10)
- Membuka mata hati orang yang dibutakan Iblis (2 Korintus 4:4, Yohanes 15:26)
- Melahirkan orang kembali (lahir baru dalam Kristus – Yohanes 3)
- Memateraikan orang yang didiamiNya sebagai milik Allah (2 Korintus 1:22, Efesus 1:13, 4:30, Roma 8:9)
- Meyakinkan kita sebagai anak-anak Allah (Roma 8:16)


KESELAMATAN

Sebagaimana kita ketahui bahwa hati manusia digelapkan oleh dosa. Manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, perbuatan manusia jahat (Yohanes 3:19)
Bila seseorang yang berdosa percaya pada Kristus maka terjadi perubahan dalam dirinya. Hati manusia yang busuk akibat dosa, dibasuh oleh darah Kristus (Yesaya 1:18). Hati manusia yang keras dan memberontak diganti hati yang baru dan taat (Yehezkiel 36:26)

Seseorang yang percaya pada Yesus akan dilahirkan kembali dan berada dalam Kristus sehingga beroleh hidup kekal atau bagian dalam Kerajaan Allah (Yohanes 3:3, 1 Petrus 1:23). Sebuah pelajaran berharga yang dapat kita tarik dari kelahiran manusia, bahwa manusia tidak dapat mengupayakan kelahirannya sendiri, melainkan orangtuanya. Begitu pula kelahiran kembali bukanlah upaya manusia tetapi kasih karunia Tuhan yang dikerjakan Roh Kudus (Titus 3:5, Yohanes 3:5)

Setelah dilahirkan kembali maka tubuh kita menjadi bait (rumah) Allah (1 Korintus 3:16, 6:19, 2 Korintus 6:16, Wahyu 3:20). Ketika Kristus memasuki hati kita, Ia membawa terangNya dan mengusir kegelapan (Yohanes 1:4). Kita bukan lagi milik Iblis tetapi milik Kristus sebab itu jangan biarkan Iblis mendustai dirimu lagi (Roma 6:12-14)

Apakah pertobatan?

1. Berbalik.
Bertobat atau dalam bahasa Yunani metanoia berarti “perubahan pemikiran yang mendampakkan perubahan dalam perbuatan”. Intinya ialah berbalik aau berpaling meninggalkan jalan kehidupan yang lama. Lalu berjalan ke arah yang baru, perubahan dalam pemikiran yang berdampak pada perubahan sikap dalam kehidupan sehari-hari.

2. Perubahan Total

Pertobatan yang benar meliputi:

a. Pikiran
Kita harus menyadari dosa-dosa kita (Lukas 15:17). Kati harus merubah pikiran kita perihal kekudusan (Yesaya 64:6), kesalahan kita (Roma 8:23) dan maksud Allah bagi kita (Yohanes 3:16, Yehezkiel 33:1)

b. Perasaan
Kita harus menyesali dosa-dosa yang telah kita perbuat (Lukas 15:18-19). Harus terjadi penyesalan sejati “menurut Kehendak Allah” (2 Korintus 7:10). Penyesalan sejati membawa kita pada pertobatan sejati sebagaimana contoh perumpamaan Anak Terhilang (Lukas 15), pertobatan Daud dari dosa perzinahan (Mazmur 51:4-6), atau Petrus sesaat setelah ia menyangkal Kristus.

c. Kehendak
Kita harus membulatkan tekad untuk meninggalkan setiap dosa dan menerima kuasa Allah yang akan memapukan kita berjalan dalam kehidupan yang baru dalam Kristus.
Langkah praktis yang dapat kita lakukan adalah:
- Mengaku dosa (Lukas 15:21, 18:13, 1 Yohanes 1:9)
- Meninggalkan dosa (Yesaya 55:7, Amsal 28:13)
- Berpaling pada Tuhan (1 Tesalonika 1:9)
Pertobatan sejati merupakan karunia Tuhan (Kisah para Rasul 5:30-31, 11:18, 2 Timotius 2:25) dan hanya mungkin karena kuasa RohNya.



Jumat, 26 Agustus 2011

POWER OF HEARING (KUASA DALAM MENDENGARKAN)


POWER OF HEARING
(KUASA DALAM MENDENGARKAN)



Tahukah saudara bahwa ada kuasa Tuhan saat kita mendengarkan seseorang mencurahkan isi hatinya pada kita? Alkitab mengajarkan “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab kemarahan manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Tuhan.”(Yakobus 1:19-20).
Dulu saya berpikir bahwa untuk menyampaikan berita Injil, pertama-tama saya harus memiliki kecakapan berbicara yang kharismatik hingga sang pendengar tersentuh dan ia dengan rela hati membuka hati dan menjadi seorang percaya. Namun dengan berjalannya waktu saya menyadari bahwa “trick” saya tersebut, tidak ubahnya seperti seorang salesman yang menawarkan produk sebuah perusahaan. Kadang saya melihat jiwa baru atau seorang belum percaya tak ubahnya seorang pelanggan yang perlu saya yakinkan untuk membeli “produk” saya. Saya mengandalkan kemampuan dan kecakapan diri sendiri, padahal seseorang datang pada Kristus karena pekerjaan Roh Kudus melalui diri kita. Kita tidak boleh membatasi cara kerja Roh Kudus dengan “cara kita sendiri”. Dia dapat melakukan banyak hal melalui diri kita untuk menyentuh jiwa-jiwa yang terhilang.

Salah satunya adalah dengan “mendengarkan”. Saya teringat saat kami menggembalakan sebuah jemaat di Surabaya, kami tinggal di daerah pinggiran wilayah Barat. Kala itu putra kami, Philip, hendak masuk playgroup, sesudah mencari kesana kemari di wilayah kami tinggal ternyata tidak ada sekolah Kristen. Ada sebuah sekolah dari sebuah denominasi gereja namun biayanya terlalu mahal bagi kami. Meskipun kami sudah mengatakan bahwa kami keluarga rohaniwan dan jemaat yang kami layani bukanlah gereja kaya namun tetap tidak ada kompensasi sama sekali. Lalu kami pun berdoa, dimana putra kami harus masuk sekolah. Di dekat rumah kami, ternyata ada sebuah playgroup yang baru saja buka. Mereka baru merenovasi sebuah rumah menjadi sekolah, istriku, Novie, pergi kesana dan menanyakan biaya dan program yang ada. Semuanya baik ternyata sekolah ini adalah bagi umum namun semua tenaga pengajarnya berasal dari agama lain.
Novie bertanya pada saya,”Pa, gimana nih, sebab sekolah ini semua pengajarnya beragama lain? Apakah Philip akan baik-baik saja?”
Saya menjawab,”Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, pasti ada maksud dan tujuan, Ma. Kalau memang Philip dapat diterima di sana anggaplah hal ini sebagai hal yang positif dimana kita dapat jadi terang dan garam di tengah mereka.”
Akhirnya Philip bersekolah di sana, setiap hari Novie mengantarnya ke sana. Hari lepas hari ketika hubungan makin akrab dan dalam, ternyata banyak guru Philip, beberapa orang di bagian tata usaha bahkan pemilik sekolah yang datang pada Novie untuk mencurahkan isi hatinya, bertukar pikiran dan meminta konseling. Mereka tahu bahwa kami keluarga rohaniwan yang berlainan kepercayaan dengan mereka namun mereka datang pada kami untuk meminta masukan.
Philip bersekolah di tempat itu sampai tamat Taman Kanak-Kanak, pemilik sekolah tersebut merasa diberkati dan memberikan apresiasi atas “pelayan pribadi” kami bagi semua jajaran staf sekolah tersebut yang kami kerjakan secara alamiah saja seperti hubungan sehari-hari. Ia tidak memungut biaya SPP putra kami, itu merupakan bentuk apresiasi yang dapat ia berikan pada keluarga kami.
Bahkan tidak sampai di situ saja, saat kami mengalami kedukaan saat adik Philip, Regina meninggal. Mereka ada di samping kami, mereka mengatakan selama ini kami selalu ada di sisi mereka kala duka mendera....kini mereka ingin membalas kebaikan tersebut sebagai seorang “saudara”.
Suatu kali Novie bercerita ada satu mata pelajaran dimana salah seorang guru mengatakan bahwa Allah-lah yang menciptakan dunia lalu putra kami menyela,”Bu guru, kata Papa dan Mama, Tuhan yang menciptakan dunia ini.” Lalu guru-nya pun meralat jawabannya,”Iya, Philip, Tuhan dan Allah, menciptakan dunia ini.”
Sekolah yang tadinya sangat kental nuansa “agama lain” kini berubah, lebih banyak anak-anak Tuhan menyekolahkan putra-putri mereka di sana. Kami berdoa dan percaya, benih kebenaran yang kami bagikan melalui kehidupan kami tidak sia-sia. Sampai suatu hari Roh Kudus akan bekerja dalam diri mereka dan mereka akan beroleh keselamatan. Kami menabur dan saudara seiman lainnya yang akan Tuhan pakai untuk menuai.
Semuanya dimulai dengan mendengarkan keluh kesah orang-orang yang ada disekitar kami. Kami tidak menghakimi mereka, tidak menyebarkan gosip namun melihat mereka sebagai jiwa yang membutuhkan Tuhan dan mereka berharga di mataNya.

Kisah lain adalah saat saya melayani seorang yang berprofesi sebagai pengawal pribadi (body guard) dan pelaut yang terkenal mudah marah, terlibat okultisme dan pemabuk pula. Sebuah kombinasi yang cukup rumit untuk dilayani.
Suatu hari putranya, William (ia adalah jemaat kami), berbincang dengan saya dan menanyakan mengenai perbedaan ilmu hitam dan ilmu putih. Kami mendiskusikan hal tersebut panjang lebar dan lalu saya meminjamkan sebuah buku yang membahas masalah tersebut. Dimana dalam buku tersebut diterangkan bahwa baik ilmu hitam maupun ilmu putih tetap keduanya bersumber dari setan. Rupanya ketika pulang sang ayah dari jemaat kami ini melihat dan membaca buku yang saya pinjamkan. Hingga lalu beliau marah terhadap saya, sebab ia mempercayai bahwa ilmu putih yang dia miliki itu untuk kebaikan. Sebagai anak dari Sulawesi Utara, ia merasa bahwa opo-opo yang ia miliki bukanlah untuk kejahatan namun untuk kebaikan dan terlebih ini sudah diturunkan turun temurun dari nenek moyang.
Hingga suatu ketika saat saya berkunjung ke rumah itu, ia menceramahi, memarahi dan memaki saya. Saya tidak mau bertikai dan membuat suasana jadi tambah kacau, jadi saya diam saja. Setelah hampir satu jam ia melampiaskan kemarahannya, akhirnya ia masuk ke dalam rumah dan meninggalkan saya dengan putranya. Putranya meminta maaf atas apa yang telah diperbuat sang ayah, dan saya mengatakan,”Tidak apa-apa, William (bukan nama sebenarnya). Dalam pelayanan kita harus siap menghadapi berbagai karakter orang. Don’t worry be happy (Jangan kuatir bersukacitalah).”
Di hari yang lain saya datang ke rumah itu, William tidak ada di rumah, tapi sang ayah rupanya ada di rumah. Wajahnya yang garang ia nampakkan, tapi saya membalas dengan senyuman hingga air wajahnya berubah tidak menjadi tegang lagi. “Hai Dave, William belum pulang, tapi ayo masuk, kita ngobrol-ngobrol dulu.”
Akhirnya setelah berbicara basa-basi, Oom Ben (bukan nama sebenarnya) bercerita tentang masa kecilnya yang keras. Ayah Oom Ben merupakan seorang perwira polisi yang sangat disiplin dan menerapkan aturan militer di rumah. Ia mengalami “child abuse” (kekerasan terhadap anak), ada suatu peristiwa ketika ayahnya menelanjanginya di halaman rumah disaksikan warga setempat, ia digantung, disiram air dan dipukuli sang ayah. Hingga sejak kecil ia sudah merancang bahwa bila sudah dewasa akan pergi dari rumah dan menjadi pelaut.
Belum lagi saat ayahanda dari Oom Ben meninggal, kedua kakaknya menipu dia. Mereka meminta Oom Ben untuk menandatangani sebuah blanko kosong, saat itu ia tengah mabuk berat hingga tanpa berpikir panjang memberikan tandatangan. Ternyata beberapa minggu kemudian ia menyadari telah ditipu oleh kedua kakaknya sendiri. Di atas blanko kosong itu dibuat sebuah pernyataan bahwa dia menyerahkan semua hak warisnya pada kedua kakaknya.
Rasa sakit hati menoreh sangat dalam, ia coba untuk melupakannya dengan minum-minuman keras. Ia pergi kesana kemari, mencari ilmu dari nenek moyang agar tidak mudah disakiti oleh siapapun.
Dari sanalah saya dapat mengerti mengapa Oom Ben ini menjadi pribadi yang sangat keras dan pemarah. Orang-orang di lingkungannya sangat takut dan enggan bersitegang dengan beliau. Sebab beliau merupakan pribadi yang meledak-ledak dan dapat dengan sangat mudah untuk melakukan kekerasan.
Pejabat-pejabat dari daerah beliau sering kali meminta pelayanan beliau sebagai pengawal mereka saat bertugas di ibukota negara pada khususnya atau Pulau Jawa pada umumnya. Beliau adalah seorang yang disegani pada dunianya saat itu, dunia preman.
Minggu demi minggu berlalu, setiap minggu saya bergaul dan menjadi teman berbincang Oom Ben. Tanpa saya sadari ternyata hal itu berdampak dalam kehidupannya, William putranya, menceritakan pada saya bahwa ayahnya mulai berubah perangainya. Bila di lingkungan ada acara persekutuan doa, kini ia mengikutinya, tiap hari ia coba berdoa dan membaca Alkitab.
Ternyata kala ia mencurahkan isi hati, kepedihan, luka-luka di masa lalunya pada saya. Ia mengalami sebuah pemulihan, dimana Roh Kudus secara perlahan tapi pasti mulai membalut luka-lukanya.
Pada akhirnya beliau menerima Kristus sebagai Tuhan Juruselamatnya, melepaskan semua ilmu-ilmu yang dulu sangat ia banggakan dan termasuk semua kebiasaan buruknya yang mengikat dia selama ini. Ia berhenti mabuk bahkan berhenti merokok, ia menjadi seorang yang sentimentil, pribadi yang menyenangkan dan ayah yang baik bagi anak-anaknya. Bahkan kakek yang penuh perhatian dan kasih sayang bagi cucu-cucunya. Beliau tetap setia mengiring Tuhan sampai pulang ke rumah Bapa beberapa tahun yang lalu.

Semuanya dimulai dari “pelayanan telinga”, hanya mendengarkan keluh kesah mereka, bersimpati atas apa yang terjadi dalam hidupnya, memberikan saran atau komentar praktis yang tidak menggurui siapapun dan mendoakan mereka setiap hari agar Roh Kudus bekerja dalam kehidupan mereka.

Shalom,
Blog ini merupakan bagian dari pelayanan dunia maya (e-ministry) dari Eagles Nest Ministries dan pelayanan pastoral (e-church) Eagles Nest Fellowship. Pelayanan kami memiliki visi untuk “Memberitakan Kabar Baik, memuridkan dan mengutus setiap anak Tuhan untuk ‘menjadi gereja’ dimanapun mereka berada”.
Pelayanan kami fokus pada penginjilan, missi penanaman gereja, pemuridan dan memperlengkapi tubuh Kristus. Kerinduan kami dapat mengutus setiap anak Tuhan untuk dapat menjadi terang dan garam dimanapun mereka berada sebagai saksi Kristus hingga Kerajaan Tuhan ditegakkan dan diperluas.
Pelayanan kami berada di bawah naungan Tuhan Yesus Kristus, di dunia kami merupakan utusan Injil dari lembaga United Christian Faith Ministries.
Bagi saudara seiman yang mau konseling, turut terlibat pelayanan, mendoakan, bersahabat dengan kami atau menyalurkan dana untuk perluasan Kerajaan Tuhan dapat menghubungi kami di 081330135643 atau email: davebroos@yahoo.co.uk atau melalui Facebook (Dave Broos). Sedangkan bagi mereka yang mau mendukung pelayanan ini melalui dana dapat menyalurkannya melalui Bank BCA no rek 0081824788 atas nama Dave Broos.
God bless you all,
Salam dan doa,
Ps. Dave Broos




Selasa, 09 Agustus 2011

MY FATHER’S HAND COULD FIX ANYTHING


MY FATHER’S HAND COULD FIX ANYTHING
By: Ps. Dave Broos
PERJUMPAAN PERTAMA SAAT SMA
“Dave..Dave…”terdengar suara temanku Widy memanggilku. “Ada apa, Wid?” tanyaku. Kulihat wajahnya yang emosional,”Lihat ini anak-anak SMAN tadi menyerangku.” Widy menunjukkan seragam dan sabuknya terkena sabetan senjata tajam. Emosiku langsung naik ke ubun-ubun,”Kurang ajar, ayo panggil anak-anak kita labrak sekolahan itu.”
Segera kupanggil semua teman gengku di sekolah untuk bersiap menyerang SMAN yang telah berani menginjak martabat sekolah kami, SMAK DAGO. Deru sepeda motor beriring-iringan membelah kota Bandung dari arah sekolah kami di Dago menuju Buah Batu, semua persenjataan telah dipersiapkan, termasuk batu dan bom molotov. Bagai orang kesetanan, saat memasuki wilayah SMAN tersebut tidak pandang bulu entah siswa pria atau wanita atau siapa pun yang coba menghalangi kami, maka kami langsung menghajar. Kulemparkan bom molotov ke arah parkiran sepeda motor dalam kompleks sekolah tersebut, dan sebuah bom lagi kulemparkan ke pos satpam. Siswa yang berlarian keluar dan mencoba kabur menggunakan sepeda motor, kami kejar hingga terjatuh dan kami hajar. Tiba-tiba sebuah sepeda motor lain coba kabur dan kami mengejarnya. Aku yang berada di boncengan sepeda motor, terus menghajar siswa SMAN menggunakan double stick. Tiba-tiba kawanku, Rahmat yang mengemudikan sepeda motor berseru,”Dave awas!” Ia berhasil menghindari sabetan sebilah celurit (senjata khas dari Madura), tetapi aku tak bisa menghindar hingga tertusuk di dada sebelah kiri…Crepp..rasanya sakit seperti terhantam sebuah benda keras. Tiba-tiba kulihat bajuku sobek dan darah keluar dari dadaku seperti pipa ledeng yang pecah membasahi baju seragam sobatku Rahmat. Tubuhku mulai lemas akibat banyaknya darah yang keluar, seorang sobatku Sugih segera memeluk diriku dari belakang agar tak terjatuh dan bersama Rahmat membawaku ke rumah sakit Bungsu (Bala Keselamatan). Namun akibat lukaku yang cukup parah, aku harus dipindahkan ke rumah sakit St Borromeus Bandung. Saat itu kumeminta Sugih kawanku memanggil adik Mama-ku, Howard.
Howard datang tergopoh-gopoh dari tempat kerjanya dengan wajah kuatir dan cemas. Saat itu kutergolek tak berdaya dengan wajah pucat pasi akibat luka yang dalam. Saat itu ku tak sadarkan diri. Howard menemaniku di mobil ambulans, aku maupun Howard bukanlah orang yang taat beragama namun saat ia melihat terbujur tak berdaya, ia pun mulai berdoa sebisanya agar Dave keponakannya ini tidak meninggal.
Saat ku dibawa masuk UGD Rumah sakit St Borromeus, aku hanya samar-samar melihat kesibukan dokter dan tenaga medis yang bekerja menolong dan berjuang untuk hidupku. Saat itu tiba-tiba aku kehilangan kesadaran kembali. Aku seolah tersadar di tempat lain yang sangat gelap dan seolah-olah ada suatu kekuatan yang menyeretku ke arah sebuah tempat yang seperti nyala api. Ada rasa takut dan ngeri yang menghantam diriku. Selama ini aku tidak mempercayai adanya neraka ataupun setan, sebelumnya aku berpikir kalau sudah mati ya sudah selesai. Sebab itu aku tidak peduli dengan nyawaku saat itu. Tetapi peristiwa itu mulai membuat kutersadar bahwa ada kehidupan sesudah kematian. Dalam keadaan tak sadarkan diri itu, aku berteriak-teriak,”Tuhan..Tuhan.. kalau memang ada Tuhan, engga tahu Tuhan dari agama apa, tolong aku…aku engga mau masuk neraka..” Beberapa saat kemudian, kutersadar dan kembali berada di ruang UGD, bersiap memasuki ruang operasi.
Ini merupakan pengalaman pertamaku berjumpa dengan “sesuatu yang Ilahi”. Saat kuceritakan pada teman-temanku di geng, mereka mulai memandangku dengan wajah tak percaya. Peristiwa tersebut merupakan pengalaman pertama bagiku yang sulit untuk dilupakan tetapi benarkah itu Tuhan? Atau hanya kebetulan saja? Atau semua peristiwa di ruang UGD hanya efek samping obat-obatan dan alkohol yang kukonsumsi? Kalau Tuhan itu ada dan nyata, Tuhan yang mana? Sebab ada begitu banyak agama, mana yang harus kuikuti? Tapi pengalaman itu sangat nyata……..membuatku tersadar bahwa ada kehidupan setelah kematian dan ada pribadi atau sosok yang disebut TUHAN.
PERJUMPAAN KEDUA BEBERAPA TAHUN KEMUDIAN
Malam yang dingin di kota Bandung, suasana begitu sepi . teman-teman se-gengku pun satu persatu pergi hingga aku pun memutuskan untuk pulang. Kumasuk rumah dan duduk di dalam kamarku yang hanya berukuran 3 x 4 dan mulai mengusir malam yang sunyi itu dengan hentakan lagu cadas dari grup Metallica. Pikiranku menerawang dan hatiku gundah untuk menentukan langkah selanjutnya dalam kehidupanku. Kusulut sebatang rokok sambil kuteguk Vodka langsung dari botol untuk menenangkan pikiranku.
Dalam benakku timbul banyak pertanyaan, mengapa diriku sampai terjerumus begitu jauh dalam lembah hitam? Bagaimana aku dapat keluar dari lingkaran setan ini, kehidupan sebagai anggota geng, pecandu alkohol dan narkoba? Siapa yang akan percaya pada diriku? Siapa yang akan menolongku keluar dari lembah hitam ini? Kalau aku keluar dari lembah hitam, masih adakah orang yang mau mnerima dan percaya padaku? Kusudah menyatakan niatku untuk bertobat tetapi Mama-ku hanya tersenyum dengan sinis dan tidak mempercayaiku. Bila Mama yang telah melahirkan diriku sendiri tak percaya, siapa lagi yang mau percaya?
Aaaarrghhh!!!!!!! Prang……botol Vodka kubanting menghantam dinding dan membasahi poster grup musik cadas Motley Crue yang menempel di dinding kamarku. Rasa amarah, frustasi dan bingung memenuhi pikiran dan perasaanku. Kuberseru dalam hatiku,”Kalau memang ada Tuhan Yang Hidup dan nyata, tolonglah aku! Aku ini bingung kemana harus melangkah dan pada siapa harus percaya. Kalau memang Tuhan itu ada, tolonglah aku. Oh Tuhan yang pernah mengembalikan aku dari kematian tolonglah aku.” Kuhempaskan tubuhku ke atas tempat tidur dan terlelap.
Saat kutengah terlelap tidur, tiba-tiba kudengar suara petir yang sangat keras berdentum hingga kuterhenyak bangun dan kulihat kilatan petir yang terang benderang dari langit menghantam bumi di malam yang gelap itu. Jantungku berdetak sangat kencang, aku sangat terkejut sebab suara halilintar itu begitu keras. Tiba-tiba aku tersadar, aku tidak berada di dalam kamarku. Aku berada di sebuah lembah yang sangat gelap, aku merasakan rasa ngeri yang sulit untuk dilukiskan. Dalam hatiku, aku mulai mengeluh,”Duh dimana lagi aku ini?” Aku benar-benar ketakutan saat itu, kurasakan ada sebuah kekuatan jahat yang mendekati diriku dalam bentuk awan hitam yang pekat. Awan hitam itu datang dan coba meliputi diriku seolah ada angin yang sangat dingin berhembus dan rasanya sampai ke dalam tulang belulangku terasa udara yang sangat dingin. Rasa ketakutan semakin menjadi-jadi, tubuhku gemetaran oleh karena rasa takut. Tiba-tiba dikejauhan aku melihat seberkas cahaya kecil, yang semakin lama semakin terang. Awan hitam yang tadinya meliputi diriku berangsur menghilang, rasa takut yang tadinya menguasai diriku kini berganti dengan rasa damai sejahtera yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Tiba-tiba terdengar suara dari arah cahaya terang benderang itu,”Dave, sebentar lagi Aku datang sudah siapkah engkau menyambutKU?” Lalu seketika itu juga kutersadar dari tidurku. Aku mengalami kebingungan dengan pengalaman tersebut. Apakah yang sebenranya terjadi? Apakah ini pengaruh narkoba dan alkohol yang aku konsumsi hingga berhalusinasi ataukah ini benar-benar Tuhan?
Selama ini aku kurang percaya akan hal yang bersifat dunia roh atau hal-hal yang tak masuk logika. Hingga saat itu juga aku keluar kamar untuk memastikan bahwa cuaca tidak sedang hujan. Ternyata subuh itu, cuaca cerah dan saat kulihat Mama baru bangun dan hendak menyapu rumah, segera kutanyakan,”Ma, barusan ada geledeg (petir) gede ya?” Mama pun menjawab,”Geledeg apaan, ada-ada aza kamu mah.” Apa yang baru kualami tidak masuk akal sehatku, kalau pun ini mimpi, ini merupakan mimpi yang tak terlupakan sebab sangat nyata kejadiannya. Namun saat itu, kusimpan mimpi itu dan tak menceritakannya pada siapapun, sebab ku tak mau jadi bahan guyonan. Tapi ini merupakan kejadian kedua aku berhubungan dengan “sesuatu yang Ilahi”.
PERJUMPAAN KETIGA SAAT DI RUMAH SAKIT
“Oh my God..”lagi-lagi aku harus masuk rumah sakit St Borromeus akibat kebiasaan burukku mengkonsumsi Vodka hingga organ dalam terluka, akibatnya buang air besar sakit dan yang keluar adalah darah. Dokter menyatakan aku sakit typhus dan harus bedrest. Sebelumnya aku sudah terkena gejala typhus tetapi karena tidak betah harus istirahat di rumah maka aku sering kelayapan bersama gengku. Alhasil dengan sukses aku tambah parah sakitnya. Saat itu aku terbaring di tempat tidur, pagi itu aku terbangun oleh suara lonceng gereja yang berdentang, kulihat para biarawati berjalan menuju kapel gereja dan trdengar suara mereka menyanyikan lagu pujian pada Tuhan. Sinar mentari pagi muncul pula dari balik jendela dan menyoroti wajahku. Seolah Tuhan menyapaku,”Selamat pagi, Dave.” Kawan sekamarku yang baru saja terjaga langsung menyalakan tape-nya dan terdengar lantunan lagu Guns N Roses,”Knockin on heaven’s door”. Tiba-tiba saat kudengar lagu tersebut, aku mulai bertanya-tanya,”Kalau hari ini aku mati, apakah Tuhan mau membukakan pintu bagi seorang pendosa seperti aku?” Sekeluarnya aku dari Rumah Sakit, aku mulai membulatkan tekad untuk mencari tahu lebih dalam mengenai Tuhan. Tuhan dari agama mana yang merupakan Tuhan yang Hidup dan Peduli?
PEMBICARAAN DENGAN PARA SAHABAT PENAKU
Lily Setiawati merupakan salah seorang sahabat penaku dari Sidoarjo, Jawa Timur. Dia sering berbagi mengenai aktivitasnya di gereja dan sering mengirimkan traktat atau buku saku rohani. Aku sering menerimanya, tapi sejujurnya semuanya hanya kutumpuk di meja belajarku. Namun ada sebuah traktat kirimannya yang menarik hatiku, berjudul Charlie Coulson, Pemuda Kristen Pemukul Genderang. Dalam traktat tersebut diceritakan seorang dokter Yahudi yang bertugas di rumah sakit saat perang saudara terjadi di Amerika Serikat. Dalam sebuah pertempuran di Gettysburg, seperti biasa dokter ahli bedah itu melayani para prajurit yang terluka dan salah satunya adalah seorang pemuda Kristen bernama Charlie Coulson. Saat itu ia harus diamputasi lengan dan kakinya tetapi ia menolak untuk diberikan obat bius atau pun meminum brandy (sejenis minuman keras). Pernyataan Charlie yang seolah menusuk kalbu saya adalah,”Dokter, ketika saya berumur sembilan setengah tahun, saya telah memberikan hati saya pada Kristus. Sejak itu saya belajar untuk percaya dan menyerah kepadaNYA. Saya tahu, bahwa sekarang pun saya dapat mempercayaiNYA. Dialah kekuatanku. Dia akan menguatkan saya, apabila dokter memotong kaki dan tangan saya.” (Traktat Charlie Coulson terbitan LDM). Aku terharu membaca kesetiaan Charlie pada Tuhan Yesus dan imannya yang tanpa kompromi. Dalam benakku terlintas bagaimana ia dapat seteguh itu pada Tuhan?
Di hari yang lain aku bertanya pada temanku Lily,”Apakah itu iman?” Lalu ia menjelaskan bahwa iman itu percaya.
“Percaya pada siapa,Li?”tanyaku.
“Ya percaya pada Tuhan, Dave.”sambungnya.
Kutarik napasku dalam-dalam,”Itu yang sulit, Li.” Dalam benakku berkecamuk pikiran, bagaimana aku bisa mempercayai sesuatu yang tidak nampak?
“Seperti apakah Tuhan itu, Li?”tanyaku.
“Tuhan itu seperti seorang Bapa.”jawabnya.
Tiba-tiba emosiku tersulut mendengar kata “Bapa”. “Kalau Tuhan itu seperti bapa…sih makasih, gua engga mau percaya ama Tuhan yang engga kelihatan. Babe gua ada dua tapi semuanya rese (menyebalkan), itu bapa yang bisa gua pelototin. Yang di depan muka aza kalau janji kagak pernah nepatin apalagi yang engga keliatan.”
Bila menilik ke belakang, kata “ayah” atau “bapa” atau “papa”, memang sangat melukai diriku. Tidak seperti anak pada umumnya yang terlahir dari sebuah lembaga pernikahan, aku terlahir akibat hubungan seks pra nikah antara mama-ku dengan kekasihnya. Luarbiasanya setelah ia tahu mama-ku hamil, ia melarikan diri. Meski pun sudah diketemukan bahkan dihajar habis-habisan oleh keluarga mama-ku, pemuda itu (ayah biologisku) tetap tidak menikahi mama-ku bahkan ia menikahi wanita lain. Jadi setiap kali mendengar kata Bapa, yang langsung terlintas adalah pengecut dan tidak bertanggungjawab.
Pengalaman kedua, adalah saat mama-ku menikah kembali saat aku berusia 10 tahun. Ayah tiriku merupakan seorang bujangan hingga mungkin apa yang ia pikir baik untuk mendidik anak ternyata menyakitiku. Disiplin keras dan kata-kata negatif yang ia maksudkan untuk melecut aku menjadi pria yang kuat malah menjadi bumerang. Setiap kali ia marah, ia seringkali menyebut saya “anak haram”. Ia sering menjanjikan sesuatu bila aku bisa meraih ranking di sekolah, tetapi tiap kali aku mencapainya jangankan janji tersebut ditepati, raportku dilihat pun tidak. Hingga timbul kesan kembali saat kudengar kata Bapa, sebagai pribadi yang keras, berpikir negatif dan sering ingkar janji. Berulangkali aku diusir dari rumah akibat kebengalanku bersama geng-ku hingga sering berurusan dengan pihak polisi. Hingga timbul kesan tiap kali mendengar kata Bapa…..siap-siap diusir!!!!
Pembicaraan mengenai topik iman dan Tuhan terhenti sebab aku sudah emosi dan tidak mau meneruskan pembicaraan tersebut.

Liana Suherman, merupakan sahabat penaku yang lain dari Bogor. Ia seorang mahasiswa IPB saat itu dan kita sering berbagi dan bertukar cerita. Liana seang sekali mengisahkan kehidupan kristianinya bagaimana ia mendapatkan banyak bimbingan dari Kak Yer (Pdt Yeremia Riem almarhum) dan Kak Bambang (Pdt Bambang Widjaja). Seringkali ia bercerita mengenai keikutsertaannya dalam gereja yang saat itu baru dirintis, Gereja Kristen Perjanjian Baru. Liana banyak bercerita mengenai berbagai aktivitas gereja, yang pada saat itu tidak aku mengerti.
Dia begitu bersemangat menceritakan bagaimana gereja dimana ia berjemaat seperti sebuah keluarga. Bagiku kata keluarga merupakan hal yang menyakitkan, sudah sering bila orangtua kesal maka aku diusir meski pun nanti mama-ku akan meminta adiknya, Howard untuk mencari diriku yang biasanya tinggal berpindah-pindah di rumah teman bahkan pernah menggelandang di terminal atau taman kota.
Saat kumendengar kata gereja, aku merasa apakah benar ada gereja yang seperti keluarga dan mau menerima orang seperti aku? Kuteringat saat kuingin tahu tentang Tuhan dan memasuki sebuah gereja, tiba-tiba seorang majelis gereja menghalangi diriku untuk masuk.
“Mau apa kamu ke sini?” Matanya melotot melihat penampilanku dari atas sampai ke bawah. Ia memandangi celana jeans belel, kaos hitam, rompi kulit, rambut gondrong dan anting yang kukenakan.
“Apakah saya boleh ikut beribadah di sini?’
“Maaf ya, orang model kamu, ga boleh masuk gereja. Ga tahu sopan santun. Dan saya tahu kamu ke sini hanya untuk meracuni anak-anak muda gereja. Kamu mau jualan ganja khan.” Ucapnya sambil menunjukkan jarinya di wajahku. Seandainya aku tidak ingat aku ada di depan rumah ibadah dan di depanku adalah majelis gereja, mungkin sudah kupukul dia.
Geng-ku, saat itu merupakan keluargaku. Aku bisa menjadi diriku sendiri tanpa perlu menjadi orang lain. Kebanyakan dari anggota geng merupakan anak-anak yang terluka di rumah dan membentuk “keluarga sendiri”. Saat aku ditangkap polisi, mama-ku tak peduli tetapi kawan-kawan se-gengku melongok diriku di tahanan dan membawakan segala keperluanku. Saat aku diusir dari rumah, mereka membuka pintu rumahnya, saat aku lapar mereka memberi aku makan, saat aku haus mereka memberi aku minum. Dalam suka maupun duka kami bersama. Satu orang sukses semua senang, satu orang disakiti semua merasa disakiti.
Pergumulan dalam diriku, kalau memang Tuhan itu ada, bagaimana aku bisa mengenalinya? Setiap orang yang coba menjelaskan tentang siapa Tuhan itu malah membuatku tambah bingung. Aku tidak mengerti kata iman atau percaya, aku hidup di lembah hitam dimana aku tidak bisa mempercayai seorang pun. Aku bingung saat mendengar kata Tuhan itu seperti Bapa sebab aku punya pengalaman buruk dengan ayah kandung maupun ayah tiriku, bagaimana pula aku bisa mengenal Tuhan bila aku ditolak masuk gereja, dan bagaimana aku bisa punya keluarga rohani bila untuk ikut ibadah saja sudah dilarang masuk?
GOD ENCOUNTER (PERJUMPAAN DENGAN TUHAN)
Dalam kebimbanganku itu, akhirnya aku coba berdoa.
“Tuhan, kalau Kau memang ada tolong Dave ini, Dave harus kemana?”
Siang itu aku tidak tahu mau kemana, aku naik sebuah angkot menuju daerah Dago. Biasanya aku membeli Vodka di sebuah toko di daerah tersebut, namun bukannya berhenti di toko itu, aku malah berhenti di sebuah Toko Buku Kristen, Kalam Hidup.
Saat kuberada di depan toko buku Kristen tersebut, aku coba melihat ke kiri dan kanan, siapa tahu ada teman se-gengku. Ada rasa malu saat itu bila ketahuan teman-temanku kalau aku ingin bertobat. Saat kudekati toko buku itu, aku terkejut saat melihat sebuah poster Kebaktian Kabangunan Rohani KKR yang dilayani oleh Pdt. Jeremia Riem. Dalam hatiku,”Oh..ini yang si Liana sebut-sebut Kak Yer.” Acara akan diadakan di Gelora Saparua menurut info dalam poster. Ada tulisan pada poster itu, harap membawa undangan.
“Waduh, ini acara apaan sih, pake harus bawa undangan segala..ngerepotin banget.” Gerutuku sambil masuk ke dalam toko.
Kulihat dibagian kasir ada seorang staf yang berasal dari Papua, saya lalu bertanya,”Siang Broer, saya mau minta undangan untuk acara Kebaktian nanti sore, masih ada khan?”
Ia pun menjawab,”Wah sayang sekali, undangan sudah habis.”
Akhirnya aku pun melangkah dengan lunglai pulang dari toko buku tersebut, dan lupa mampir untuk membeli minuman keras. Pikiranku mulai menerawang merindukan damai yang sejati. Tapi di sisi lain aku mulai berpikir untuk mengurungkan niat pergi ke acara KKR itu sebab tak memiliki undangan. Tapi ada dorongan yang begitu besar agar ku menghadiri acara tersebut. Dalam hati kupikir lucu juga ya, biasanya kalau mau nonton Persib (klub sepakbola Bandung) atau nonton konser rock dan pas tidak memiliki uang maka aku akan coba berbagai cara untuk masuk secara gratis. Kuingat-ingat acara pukul 6 sore, jadi sekitar pukul 4 sore aku sudah masuk ke lokasi acara bersama dengan orang-orang yang membawa properti panggung dan perlengkapan lainnya. Ku duduk di pojokan gedung olahraga itu agar tidak nampak oleh panitia.
Tepat pukul 6 sore ibadah dimulai, sempat aku bingung melihat ibadah yang menggunakan peralatan standar band. Sebab bayanganku ibadah hanya boleh menggunakan orgel atau piano dan ibadah berjalan sunyi sepi. Ibadah sore itu sangat berbeda, orang-orang mengekspresikan sukacita dan kehangatan. Ada yang menari dan rata-rata bertepuktangan dengan sangat bersemangat. Dalam hati-ku, “Wah lumayan juga kalau ibadahnya model gini. Seru juga kayak nonton konser God Bless (grup musik cadas Indonesia)”. Mendekati pemberitaan firman Tuhan, worship leader menaikkan suatu pujian…”Tuhan hadir di bait suciNYA..Tuhan ada di tahtaNYA….” Tiba-tiba ada perasaan damai memenuhi hatiku….perasaan yang sama seperti dalam mimpi atau penglihatan yang kedua…..”Apakah ini sungguh KAU, TUHAN?” Air mata hampir menetes dari mata-ku, tetapi tiba-tiba aku teringat kata-kata ayah tiriku,”Cuman laki-laki banci aza yang nangis.” Hingga kutahan diriku agar tidak meneteskan air mata.
Pemberitaan firman Tuhan pun dimulai, Kak Yer, malam itu menyampaikan khotbah dari Lukas 18:9-14, perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai. Khotbah yang ia sampaikan sangat menarik dan tidak membosankan. Hingga kuterus mendengarkan khotbah itu secara seksama. Selama ini aku berpikir bahwa Tuhan hanya tertarik pada mereka yang hidup benar dan taat ke tempat ibadah. Namun pola pikir itu runtuh saat kumendengar bahwa Tuhan lebih berkenan pada orang yang menyadari dosanya dan mau berubah daripada mereka yang merasa dirinya benar oleh karena “ketaatannya melakukan hukum-hukum agama”. Lebih lagi kusangat terharu saat mengetahui Tuhan Yesus mati bagi setiap orang berdosa dan bukan bagi orang yang benar. Di akhir khotbahnya, Kak Yer, menyatakan,”Tahukah saudara bahwa Tuhan Yesus mati di atas kayu salib karena IA sangat mengasihimu?” Tiba-tiba kata-kata “IA SANGAT MENGASIHIMU”……menusuk kalbuku. Seumur hidupku, bahkan mama-ku tidak pernah menyatakan bahwa ia mengasihiku baik secara verbal maupun sikap seperti memeluk atau mencium. Kusegera tersadar inilah yang kudambakan yaitu KASIH YANG SEJATI. Lebih lagi sebagai seorang anak geng, hal paling keren dan heroik bagi kami adalah ketika “seseorang” diantara kami rela menderita bahkan mati bagi rekan satu geng-nya tanpa berkompromi. Hingga saat kutahu Tuhan Yesus mati di atas kayu salib bahkan bagi diriku yang bukan siapa-siapa (bukan orang Kristen) selain orang berdosa.Kini aku sudah tak dapat menahan airmataku, bukan lagi menetes tetapi aku menangis seperti anak kecil. Kusudah tak peduli lagi meski penampilan seperti seorang rocker tapi menangis sesegukan. Kurasakan kasih Tuhan begitu nyata dalam diriku.
Saat Kak Yer melakukan altar call bagi mereka yang mau menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tanpa ragu kusegera melangkahkan kakiku ke arah mimbar. Sudah tak perduli bagaimana hidupku selanjutnya, yang terpenting aku sekarang menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat hidupku. Saat itu pula dari atas mimbar Kak Yer menyampaikan bahwa diantara mereka yang maju ke depan akan Tuhan pakai sebagai alatNya.
GOD’S CALLING
Kuteringat saat menanggapi panggilan Tuhan, aku saat itu tengah kuliah semester 5 di STBA Yapari Bandung di Fakultas Bahasa Jerman. Sambil kumengerjakan tugas kuliahku, aku berdoa,”Tuhan apakah yang harus kulakukan selanjutnya?” Tiba-tiba seolah ada suara yang berbicara dengan begitu jelas dalam hatiku hingga kupikir itu suara seseorang berbicara langsung di telinga,”Tinggalkan semua kesia-siaan hidup ini dan pergilah melayani di ladang Tuhan.” Aku sangat terkejut hingga kupikir ada seseorang di dalam kamarku, aku pun segera keluar kamar dan memeriksa sekeliling rumah tapi tak ada seorangpun. Hingga aku pun percaya bahwa itu pasti Tuhan.
Setelah bergumul sekian lama, aku pun kembali berdoa pada Tuhan darimana dan kemana aku harus mulai melayani Tuhan. Setelah berdoa, aku tidak mendapatkan jawaban apa-apa. Aku pun berjalan-jalan siang itu dan akhirnya mampir di Toko Buku Kristen Kalam Hidup. Saat tengah melihat-lihat buku yang ada di atas rak. Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah buku karangan DR. H.L. Senduk berjudul Kuasa Doa. Cover buku itu menggambarkan Petir yang menyambar dalam kegelapan, hingga langsung mengingatkan diriku pada mimpi atau penglihatan sebelum aku bertobat. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli buku tersebut. Mungkin ada jawaban bagi pergumulan doaku.
Kubaca buku itu secara seksama mengenai kuasa dan berbagai cara doa, pada akhir buku tersebut disebutkan mengenai pertumbuhan jemaat GBI yang berkembang di Jakarta dan Surabaya. Tiba-tiba aku merasakan bahwa untuk memulai kehidupan baruku, aku harus keluar dari kota Bandung. Meski aku sudah lahir baru tapi sulit bagiku untuk sungguh-sungguh bertumbuh dalam Tuhan sebab lingkunganku di Bandung tidak mendukung. Jakarta atau Surabaya? Jakarta begitu dekat dengan Bandung dan geng-ku pun sudah merambah ibukota, jadi kemana? SURABAYA? Tapi aku tak kenal seorang pun disana??
Seumurhidupku aku tak pernah merantau, apakah ini rencana Tuhan atau hanya ideku saja? Tidak bisakah panggilan ini ditunda dulu, sampai aku lulus jenjang S-1? Aku coba berbicara dengan mama mengenai apa yang kualami dan apa yang hendak kulakukan untuk sepenuh waktu melayani Tuhan. Saat mama mendengar rencanaku, ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya,”Kamu gak abis make obat atau minum lagi khan?” sambil meninggalkan diriku.
Kuberdoa kembali,”Tuhan susah banget mau tobat dan hidup benar. Apakah ini benar panggilanMU?” Tiba-tiba kurasakan Tuhan berbicara dalam hatiku,”Dave, jangan pandang manusia atau lembaga gereja, kau bisa kecewa. PANDANGLAH AKU SEBAB AKU TAK AKAN PERNAH MENGECEWAKANMU.”
Saat itulah kuputuskan untuk mengemasi barangku dalam ransel dan memulai perjalanan rohaniku bersama Tuhan di kota Pahlawan Surabaya. Di kota inilah aku ditempa dan belajar banyak hal. Dari memulai pelayanan sebagai “hanya” seorang koster/ cleaning service gereja sampai akhirnya Tuhan percayakan untuk merintis gereja dan menggembalakan dari tahun 1998-2005 GKB Cinta Kasih Bangsa (Indonesian Christian Centre). Dulu aku disebut bodoh karena meninggalkan bangku kuliah demi Tuhan-ku, tetapi Tuhan-ku di dalam Yesus Kristus membuka peluang bagi diriku untuk menimba ilmu dan mendapat beasiswa dari Negeri Belanda dan Amerika Serikat.

PRESENT DAY (SAAT INI)
Tidak terasa itulah peristiwa 20 tahun yang lalu, perjalanan hidupku bersama dengan Tuhan bagaimana IA telah menangkapku dan kini membentuk diriku menjadi alatNYA untuk menyelamatkan dan memuridkan generasi yang terhilang. Saat kusudah nyaman menggembalakan jemaat tiba-tiba Tuhan kembali berbicara dalam hatiku,”Dave, AKU memanggilmu untuk menjadi gembala bagi kaum terbuang. Mereka yang mencari diriKU tetapi tak dapat masuk dalam gereja, mereka yang memiliki pengalaman seperti dirimu. Ingin mengenal Tuhan tapi terbentur birokrasi gereja. Bila mereka tidak dapat pergi ke gereja maka AKU mengutusmu membawa gerejaKU bagi mereka.”
“Oh my God.” Itu reaksi pertamaku. Haruskah aku meninggalkan penggembalaan ini dan memulai pelayanan yang baru? Kubergumul dalam hatiku, sampai seorang seniorku, Pastor Christopher K dari Zoe Ministries – Malaysia datang dan menyampaikan sebuah nubuatan,”Dave, kumelihat kau seperti Daud di dalam Gua Adulam. Kau akan dikelilingi oleh orang-orang yang dianggap buangan dan pecundang, orang yang penuh luka dalam bathin mereka. Tuhan akan pakai dirimu untuk menjadikan mereka pahlawan-pahlawan Tuhan.” Setelah kuberdoa dengan istriku bagaimana dan dimana kami harus memulai pelayanan baru ini. Tuhan memberikan konfirmasi agar kami pindah ke kota Bandung. Begitu pula teman kami, Morria Nickles dari pelayanan Shadow of The Cross (sebuah pelayanan bagi kaum subkutur di Amerika Serikat) dan Mama Wolf (dari gereja bagi kaum Gothic – Amerika Serikat) meneguhkan panggilan tersebut pula.
Kini kami merintis pelayanan Eagles Nest Ministries di kota Bandung, kami merintis dan menggembalakan gereja bagi “kaum terbuang”. Gereja bagi mereka yang yang kemungkinan sulit untuk masuk dalam gereja pada umumnya. Teman-teman pelayanan saya, mungkin menganggap saya sudah gila meninggalkan kenyamanan dan kemapanan sebagai Gembala Sidang untuk melayani “kaum terbuang” yang sulit untuk dihadapi. Tetapi itu tidak menyurutkan kami untuk tetap melayani panggilan tersebut, sebab kami melayani Tuhan dan bukan mengejar kenyamanan semata.
Tuhan mengingatkan diriku, siapa Dave Broos dulu. Seorang yang sulit untuk dilayani hingga banyak orang sudah menyerah TETAPI Tuhan melakukan intervensi secara langsung untuk menyelamatkan seorang Dave. Kini DIA memanggil seorang Dave untuk melayani “kaumnya sendiri”.
Ada perasaan tak berdaya bagaimana aku bisa jadi alat Tuhan bagi kaum terbuang ini. Apakah aku sanggup? Dapatkah aku menjadi teladan dan bapa bagi generasi terhilang ini? Hingga tiba-tiba sebuah lagu karya GLAD terdengar….”MY FATHER’S HAND COULD FIX ANYTHING IN MY WORLD..” Segera kutersadar….Dave tak mampu tetapi TUHAN dalam Dave mampu untuk memperbaiki segala sesuatu yang rusak dalam diri setiap orang. Tuhan yang dulu memilih diriku, Dave, yang dianggap sampah masyrakat dan aib dalam keluarga. Dengan kasihNYA, IA memungut aku dari “tempat sampah” dan mendaur ulang sampah itu menjadi alat yang berharga bagiNYA………IA juga akan sanggup mengubah setiap orang yang dianggap sampah dan aib untuk menjadi bejana kemuliaanNYA. SEBAB TANGAN BAPA-KU SANGGUP MEMPERBAIKI APAPUN DI MUKA BUMI INI.