Minggu, 25 November 2012

MARINES DON'T QUIT

Marines Don’t Quit
Penat…..letih….merasa sendiri….ditinggalkan…..putus asa….perasaan tak berguna….menggelayuti diri kami sekeluarga. Sia-siakah apa yang kami kerjakan. Melayani dengan tulus mengorbankan semua bentuk kenyamanan dan memberi diri untuk melayani yang terbuang dan terlupakan. Sering kali kami dihadapkan pada orang-orang yang tidak mengerti dikasihi….perbandingannya sangat besar antara mereka yang hanya mau memanfaatkan kami dengan mereka yang sungguh-sungguh tersentuh dan ingin mengenal Tuhan. Namun apakah itu semua harus menyurutkan semangat dan menghentikan langkah kami melayani mereka yang terbuang?
Tiba-tiba aku mendengar sebuah dialog seorang prajurit marinir Amerika Serikat (dalam sebuah film) yang tengah berada dalam pertempuran dimana pasukannya tinggal beberapa orang dan kekuatan musuh begitu besar…..ia berkata,”Marines don’t quit(Marinir tidak menyerah)”. Aku merasa seolah Tuhan berkata,”Seorang prajuritKU tidak akan menyerah sampai akhir tujuan meski itu berarti mengorbankan dirinya bagi kemuliaan Tuhan.”
“Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.” (2 Timotius 2:3-4)
 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Para rasul 1:8) Kata saksi dalam bahasa aslinya (Yunani), adalah martus akar kata dari martir. Jadi bila seseorang penuh Roh Kudus bukan saja ia menjadi saksi melalui perkataan dan perbuatan tetapi juga ia siap mati bagi Tuhan. Anda mengaku penuh Roh Kudus….siapkah anda membayar berapapun harganya dalam melayani Dia sekalipun itu berarti mati sebagai seorang martir?
Bukankah Tuhan Yesus mengajarkan tentang perumpamaan Domba Yang Hilang…gembala yang baik…meninggalkan 99 domba untuk mencari satu yang hilang? Sang Gembala tidak diam saja dan fokus pada 99 tetapi ia pergi mencari satu yang tersesat. Berbeda dengan saat ini, saat saya menjabat sebagai gembala sidang…. Saya fokus pada 99 domba yang tersisa….dan “hanya” mendoakan 1 yang terhilang kiranya Roh Kudus menjamah. Ada dua sisi mata uang, satu sisi berdoa bagi jiwa terhilang tetapi sisi yang lain adalah bertindak. Kedua sisi tersebut diperlukan. Saya dulu pernah “mau enaknya sendiri”, menafsirkan dan melakukan firman Tuhan yang saya mau. Kalau yang berat maka saya siap untuk berdalih menggunakan ayat yang lain sebagai pembenaran diri sendiri, sangat memalukan. Tapi saya bertobat atas tindakan saya yang memalukan itu.
Saat saya menggembalakan sebuah sidang pada umumnya, saya mendapatkan respek dan penghargaan dari organisasi, rekan sejawat, jemaat yang digembalakan maupun saudara seiman yang pernah dilayani. Saat saya melakukan apa yang kebanyakan pelayan Tuhan kerjakan, saya dihargai…ketika pelayanan saya dinilai dari jabatan, pendidikan, jumlah jemaat, tempat ibadah, cara khotbah, lingkungan pengaruh dalam lingkungan gereja sekota atau masyarakat dll. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, selama itu panggilan Tuhan namun bagaimana bila Tuhan memanggil kita untuk keluar dari zona nyaman dan mulai melangkah mengerjakan hal yang lain? Banyak orang sulit mengerti keputusan kita bahkan rekan-rekan sejawat. Tidak mudah bagi kami sekeluarga mengambil keputusan ini apalagi memulai kembali semuanya dari bawah.
Melayani langsung “di mulut singa”, kami menyadari setiap hari merupakan peperangan baru di dalam roh sebab kami melayani orang-orang yang berada langsung di bawah pengaruh Iblis. Ada di antara mereka yang mengaku saudara seiman dan rajin pergi ke gereja tetapi di hari lain mereka juga pergi ke dukun untuk berbagai alasan, mereka menyatakan diri saudara seiman tapi terlibat kelompok kepemudaan yang terlibat banyak tindakan kekerasan bahkan kriminalitas dan lain-lain. Adakah orang-orang yang berdoa bagi kami? Kami tidak tahu….kami harapkan ada yang berdoa bagi perjuangan kami. Tekanan demi tekanan kadang kami alami bahkan teror dari orang-orang yang kami layani atau kelompok yang tidak suka kami masuk dan “mempengaruhi” anggota kelompoknya. Haruskah fitnahan atau bentuk teror lainnya menghentikan kami dari melayaniNya? TIDAK. Kami pun sering mendapatkan undangan untuk melayani dan memperlengkapi gereja Tuhan di kota-kota kecil maupun pedesaan bahkan pedalaman atau komunitas tertentu meski di kota besar tapi mereka secara finansial tidak kuat. Sayangnya berhubung kami belum memiliki sumber keuangan yang kuat, seringkali kami “pending” pelayanan tersebut. Kami mau pergi tetapi dana belum ada dan pihak yang mengundang belum mampu menyediakan biaya transportasi. Mungkin belum waktunya Tuhan. Namun apa yang dapat kami lakukan kami upayakan seperti mengirimkan literatur Kristen dan pakaian bekas maupun sedikit dana (persembahan atau perpuluhan) untuk membantu para pelayan Tuhan di daerah yang terkadang hanya mendapatkan persembahan dalam bentuk hasil bumi atau laut padahal mereka juga membutuhkan uang. Hidup kami saat ini pun sederhana tetapi bukan berarti itu menjadi alasan untuk tidak berbagi sama sekali. Haruskah kekurangan menghentikan pelayanan kami? TIDAK
Di sisi yang lain, istriku tercinta, saat ini juga tengah sakit. Dokter menyatakan bahwa untuk seumur hidupnya ia harus mengkonsumsi obat untuk tekanan darah tinggi dan jantungnya. Namun kami tetap melangkah dengan iman bahwa Tuhan Penyembuh kami. Tidak ada yang mustahil bagi Dia, bila pun kami harus melalui ini semua Tuhan pasti akan buka jalan dan memberi kekuatan bagi kami untuk menanggungnya. Haruskah kami menyerah akibat kelemahan fisik atau sakit penyakit? TIDAK
Aku sempat merasakan tekanan dari mana-mana dan hendak menyerah….. but I must not quit (tetapi saya tidak boleh menyerah)…..”Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Roma 8:35, 37)….. Roh Kudus mampukan aku dan keluargaku untuk terus maju mengerjakan misi yang telah IA embankan pada kami.
Tuhan sumber kekuatan kami. Mau menyerah? Oh tentu saja TIDAK. Marines don’t quit….and so do I…..God is my strength. Immanuel…….

PELAYANAN KE HARUKU

<!
--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE <![endif]-->
UPDATE PELAYANAN KE PULAU HARUKU MALUKU
Shalom,
Saudara-saudariku dalam Kristus, pelayanan kami yang rencananya akan pergi melayani ke Pulau Haruku – Maluku pada tanggal 23 – 31 Oktober (9 hari) akan diundur menjadi tanggal 12  – 20 November bulan depan. Pelayanan ini merupakan sebuah pelayanan gabungan dimana setiap anggota tim (ada enam orang) bertanggungjawab untuk biaya perjalanan, akomodasi dan keperluan lainnya selama di sana. Rata-rata dari kami merupakan pelayan Tuhan sepenuh waktu.
Ada pun kelompok masyarakat yang akan kami layani adalah keluarga-keluarga yang membutuhkan pemulihan dan pemuridan. Begitu pula kami akan melayani acara camp pelajar dari desa-desa yang ada di pulau tersebut dan akan dihadiri oleh 250 pelajar SMP dan SMA (acara camp 14-17 November). Dukung doa untuk tas ransel (bagi para pelajar) dan buku-buku renungan literatur Kristen (bagi keluarga) yang hendak kami berikan bagi masyarakat disana dan pelajar.
Dukung doa bagi penduduk atau masyarakat lokal yang masih banyak terlibat okultisme, sering terjdi kasus kerasukan, seks bebas, dan hidup yang tidak sesuai kebenaran firman Tuhan. Khususnya bagi desa A di pulau tersebut yang terkenal dengan kekerasan dan okultisme dimana kami akan masuk kesana. Kiranya Tuhan memberikan hikmat, kekuatan dan keberanian memberitakan kebenaran. Desa ini hanya berjarak satu jam dari Pulau Ambon tetapi cukup tertinggal. Desa-desa “Kristen” sempat hancur dan rata dengan tanah saat terjadi konflik, dan baru saja dibangun kembali rata-rata secara swadaya. Dukung doa agar pemulihan terjadi baik secara holistik.
Dukung doa bagi saya dan rekan-rekan tim pelayanan ini. Kami perorang membutuhkan dana 4 juta Rupiah. Dana tersebut diperuntukkan bagi kebutuhan tiket pesawat PP Jakarta-Ambon, konsumsi selama 9 hari, transportasi lokal melalui darat dan speed boat antar pulau. Dukung doa juga bagi tempat akomodasi kami selama di daerah.
Bilamana Tuhan berkehendak saya untuk pergi melayani disana, dukung doa pula bagi keluarga yang akan saya tinggalkan selama pelayanan agar diberi kesehatan dan begitu pula dengan rekan-rekan setim saya yang lainnya. Dukung doa untuk cuaca di akhir tahun yang biasanya kurang ramah. Doakan untuk kondisi fisik yang prima selama disana. Berdoa pula bagi keluarga-keluarga, para pemuda maupun  gereja disana agar pemulihan Tuhan dapat terjadi di tengah mereka. Bilamana Anda ingin mengetahui pelayanan ini lebih mendalam dapat menghubungi ketua tim kami, Ibu Hermina 081388070197.
Bagi mereka yang merasa digerakkan Tuhan untuk mungkin memberkati perjalanan tim missi ke Pulau Haruku dapat menyalurkan bantuan ke rekening BCA 0081824788 atas nama Dave Broos atau BNI no rek 0270038183 atas nama Novie Elisabeth Durand. Mohon disertakan info untuk missi. God bless you abundantly.
Gembala Kaum terbuang,
Dave Broos

Kamis, 22 November 2012

Save The Children


SAVE THE CHILDREN
SELAMATKAN ANAK-ANAK DARI JALANAN
Pernahkah Anda memperhatikan anak-anak kecil di perempatan jalan atau traffic light meminta atau mengamen? Saya rasa itu merupakan pemandangan umum di sejumlah kota besar. Kadang kita merasa iba dengan anak-anak ini dan memberi sekedarnya atau memberi mereka nasi bungkus. Namun pernahkah Anda memperhatikan bahwa sebenarnya mereka dieksploitasi oleh orangtua mereka untuk pergi meminta-minta?
Di beberapa kota besar saya suka memperhatikan bagaimana orangtua mereka memperhatikan dari kejauhan aktivitas anak-anak mereka. Sementara anak-anak pergi meminta-minta atau mengamen, orang tua ngerumpi di pinggir jalan dan ada pula yang berjudi dan mabuk mempergunakan uang hasil anaknya meminta dari belaskasihan orang lain.
Lebih parah lagi saya perhatikan begitu banyak juga anak-anak jalanan yang lari dari rumah “diperbudak” oleh sesama anak jalanan atau orang dewasa untuk menjadi sindikat peminta-minta sebab mereka terorganisir. Mereka berpura-pura kehilangan anggota tubuhnya padahal mereka melipat kaki atau tangan mereka dalam waktu lama agar orang yang lalu lalang merasa iba.
Sebuah gereja di kota Surabaya mengadopsi pelayanan bagi anak-anak jalanan dan di sebuah daerah kumuh mereka membuat sebuah sekolah gratis untuk anak-anak ini. Luarbiasa…bukan? Tapi kisahnya tidak seindah itu. Para orangtua dari anak-anak ini berkeberatan anak-anak mereka bersekolah sebab mengurangi pemasukan harian mereka. Jadi pihak sekolah gratis membayar sejumlah uang pada orangtua anak jalanan agar anak-anak ini dapat izin untuk bersekolah.
Hati saya sangat sedih melihat hal ini. Bagaimana nasib bangsa ini di kemudian hari bila tunas bangsa…harapan bangsa ini memiliki mentalitas seperti ini? Mentalitas meminta-minta, memanipulasi orang, mencari uang dengan segala cara dan tidak memiliki harga diri lagi. Demi uang akhirnya mereka lakukan apa pun. Ketika kita ingin membantu dan menawarkan pekerjaan yang lebih terhormat seperti berjualan koran, berjualan donat atau kegiatan wira usaha lainnya mereka menolak. Sebab mereka berpikir pekerjaan  saat ini  terasa ringan, memuaskan dan menghasilkan lebih banyak rupiah daripada mereka bekerja wirausaha yang memerlukan ketekunan lebih.
Hati saya hancur saat melihat anak-anak remaja baik putra maupun putri terjerumus dalam pelacuran usia dini. Demi blackberry atau Ipad atau demi kesenangan atau pakaian yang sedang trend mereka rela disetubuhi oleh pria dewasa, tante girang, kaum gay/lesbian, phidophilia (pecinta sex dengan anak-anak, bisa laki-laki atau perempuan). Ada pula yang demi orangtua, karena terlibat hutang maka anak gadis yang masih perawan dijadikan korban agar hutang bisa terlunasi. Ada pula orangtua yang sengaja menjual bayi-bayinya demi uang jutaan rupiah. Hamil bukan agar punya anak untuk dibesarkan tetapi diperjualbelikan.
Saya teringat saat saya remaja dan masih duduk di bangku SMP, saya termasuk anak yang nakal di sekolah dan suka membolos. Saya sering membolos dan duduk di taman kota melihat kegiatan yang terjadi di sana sambil menunggu waktunya amusement tempat bermain dingdong buka. Beberapa kali saya didatangi oleh pria dewasa yang awalnya mengajak saya berbincang, namun lama kelamaan duduk merapat dan mulai meraba anggota tubuh saya. Hingga saya lalu marah dan pergi meninggalkan pria dewasa tersebut. Setelah dua kali saya mengalami pelecehan seksual sesama jenis, hal tersebut membuat saya menjadi lebih waspada terhadap sesama pria terutama yang telah dewasa bila mereka berupaya mendekati saya.
Saya saat itu beruntung dapat pergi sebab berada di tempat yang cukup ramai tapi berapa banyak anak remaja yang akhirnya selain mengalami pelecehan seksual, mereka pun diperkosa. Hingga menimbulkan ekses kebencian dan biasanya ketika beranjak dewasa anak-anak ini melampiaskan amarah mereka dengan memperkosa bocah laki-laki lagi.
Di lain waktu saat saya membolos di alun-alun kota Bandung, seorang Tante mendatangi saya dan mengajak saya main ke rumahnya. Saya memandang Tante tersebut yang rasanya lebih cocok jadi Oma saya. Rasanya muak sekali melihat nenek ganjen….
Di lain waktu saat saya sudah berkeluarga, saya melihat sejumlah anak jalanan diajak jalan dan makan di mall oleh seorang turis bule yang nampaknya pecinta sejenis dan seorang phidophilia (pecinta seks dengan anak-anak). Saya dan istri sedih namun tak dapat berbuat apa-apa. Anak-anak itu tampak “enjoy” diajak makan di food court, dibelikan pakaian bagus dan nonton bareng tetapi setelah itu apakah yang akan terjadi? Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.
Di waktu yang lain saat kami di kota Surabaya dan menggembalakan kami bertemu dengan anak salah satu jemaat kami yang telah lama tidak aktif ke gereja berada di jalanan yang terkenal merupakan area prostitusi di kota Pahlawan tersebut. Kami terkejut dan dia pun terkejut. Mengapa ia menjadi seorang pelacur remaja? Ia mengisahkan pada kami bahwa ia marah pada sang ayah yang suka berselingkuh dan menyakiti mamanya baik secara verbal maupun fisik. Tindakannya adalah cara ia membalas ketidaksetiaan sang ayah adalah dengan menghancurkan hati sang ayah dengan menjadi seorang pelacur jalanan. Ironi tetapi hal tersebut terjadi.
Beberapa kali kami melihat bagaimana kasus seks bebas yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur. Hal ini terjadi sejak dulu tapi pada saat ini seks bebas semakin meningkat terjadi. Dalam jemaat kami di Surabaya, saya menemukan beberapa anak pria sudah mengenal seks sejak mereka masih duduk di bangku SD hanya karena ditantang untuk membuktikan diri mereka sudah dewasa. Sangat menyedihkan mendengar pengakuan mereka.
Media televisi pun seolah menunjang seks bebas. Kalau dulu seorang remaja malu karena belum pernah berciuman sekarang berciuman sudah biasa saja bahkan melakukan seks bebas seolah wajar saja. Anak remaja yang belum pernah berhubungan seks malah malu untuk mengakui hal tersebut. Padahal kita tinggal di daerah yang menjunjung budaya timur. Angka aborsi di Indonesia pun tinggi. Bahkan yang lebih ironi saat ini begitu banyak anak bayi yang dibuang atau dibunuh setelah lahir. Anak bayi ditinggalkan di wc umum, di tempat pembuangan sampah, di pinggir jalan dll.  Hal tersebut membuat saya sedih bercampur marah.
Dunia di luar sana apalagi jalanan sangat liar. Ini hanya beberapa contoh yang pernah saya alami dan lihat dengan mata kepala sendiri maupun saya dapatkan infonya dari pemberitaan media.
Saat ini bila ada anak gadis (atau wanita dewasa) yang hamil di luar penikahan dan tengah dilanda keputusasaan. Saya meminta jangan kau gugurkan kandunganmu. Anak dalam kandungan itu tak berdosa, jangan dibunuh melalui aborsi. Saya memiliki rekan-rekan yang melayani para wanita yang tengah hamil di luar hubungan pernikahan. Bila Anda tak menghendaki bayi tersebut tolong jangan aborsi mereka. Lebih baik dan mulia diserahkan pada para orangtua lain yang merindukan anak namun belum memilikinya. Mereka akan menjadi orangtua bagi bayi-bayi mungil yang tak bersalah ini. Ada panti-panti pro life (pro kehidupan), kami aktivis yang menentang aborsi, merawat para ibu dan bayi-bayi yang “terbuang” ini. Banyak wanita yang hamil di luar pernikahan dihinggapi rasa takut, kuatir dan bingung. Rekan-rekan saya dalam pergerakan pro life..siap menolong.
Bila ada anak-anak remaja dalam permasalahan (teen at risk) kami siap membantu dan menolong. Kerinduan hati kami melihat anak-anak diselamatkan dan dipulihkan dari nilai-nilai yang salah dan gaya hidup yang tidak benar.
Bagi rekan-rekan yang mau terlibat dalam pergerakan menyelamatkan “anak-anak kita” ini dapat juga menghubungi kami. Kami tidak dapat bekerja sendiri, kita saling membutuhkan seorang dengan yang lain untuk dapat menyelamatkan anak-anak ini. Kita dapat mendiskusikan ide-ide kita masing-masing untuk menyelamatkan anak-anak ini.
Kami juga siap untuk sharing atau mengadakan School of Underground Ministries (Pelatihan untuk penjangkauan pelayanan sub kultur) baik di persekutuan, kelompok sel atau gereja Anda.
Kami juga tengah berdoa untuk sebuah rumah singgah untuk pemulihan tahun depan. Rencananya kami akan mengumpulkan dana bagi kegiatan ini melalui pembuatan t-shirt, pin, stiker dan mug Save The Children. Juga beberapa kegiatan untuk raising fund lainnya.

Salam dan doa,

Ps. Dave Broos
Gembala Kaum Terbuang
Bagi rekan-rekan di FB bisa inbox saya bila hendak sharing. GBU

MAU LIHAT PELAYANANNYA


MAU LIHAT PELAYANANNYA
Banyak teman yang mau datang dan “melihat” pelayanan kami. Saya berterimakasih atas perhatiannya tetapi bila anda hanya mau “melihat”….kami melayani jiwa-jiwa yang rentan dan banyak yang sensitif. Sikap mereka curiga melihat orang baru, sebab kehidupan di dunia  “gelap/hitam” susah mempercayai orang “baru”, dengan sahabat lama saja mereka tidak 100% percaya. Bagi kebanyakan orang yang hidup di dunia hitam… mereka tidak bisa mempercayai siapapun. Seringkali kami harus membina hubungan cukup lama agar kami bisa diterima dan dianggap teman.
 Pelayanan kami lebih banyak berhubungan personal dan dari pengalaman mengapa kami membatasi untuk tidak membawa orang yang baru kami kenal adalah terkadang mereka hendak ikut memberi nasehat yang bertujuan baik, sayangnya konteksnya orang yang kami layani bukan “orang gereja” dan semakin “kita coba mengeluarkan ayat atau sikap kita menggurui” maka akhirnya pintu masuk pada jiwa tersebut tertutup kembali. Suatu kali kami mengunjungi seorang anak muda yang baru saja keluar penjara, lalu ada beberapa orang yang mau “melihat”. Mereka sangat antusias dan hangat pada anak muda ini. So far so good, sampai mereka bertanya kasus apa yang membuat dia mendekam di penjara. Pemuda itu membunuh ibu kandung dan ayah tirinya saat berusia belasan tahun. Lalu sikap “para pengamat” ini berubah seperti api tersiram air es, tatapan matanya takut dan tanpa sadar duduk menjauh. Dari bahasa tubuhnya tampak ketidaknyamanan dan seolah ingin cepat pulang. Saat mereka pulang, kami pun tidak dapat masuk kembali sebab akses sudah tertutup. Orang tersebut merasakan penolakan…..
Di lain waktu kami melayani seorang anak gadis yang hamil luar nikah, serombongan ibu datang dan sangat antusias. Saat tahu kami melayani wanita seperti gadis tersebut, mereka tiba-tiba menarik diri. Mereka tidak mau “kekudusan” mereka tercemar oleh “transfer roh najis/perzinahan”. Donasi yang dijanjikan tidak jadi cair sebab mereka menganggap kami kompromi dengan dosa. Mereka bilang harusnya saya fokus saja melayani dan memberi makan orang susah. Jangan “kompromi dengan dosa”.
Begitu pula seorang anak muda yang antusias melakukan penginjilan ikut bersama saya mengunjungi komunitas bermotor. Saya sudah memperingatkan agar jangan bersaksi atau memberitakan Injil secara frontal pada orang-orang ini. Kita harus jeli pada waktu Tuhan dalam melakukan tindakan ini. Kita harus memenangkan rasa “percaya” dari mereka. Ketika kita dianggap sahabat maka mereka akan mendengarkan tetapi bila kita baru kenal dan langsung “straight to the point”…..itu sama saja seperti ada orang yang mengundang anda makan malam…tiba-tiba tengah makan dia prospek kita produk barang tertentu…langsung engga selera makan lagi dan merasa terjebak. Sayangnya anak muda ini terlalu antusias dan membuat kawanan tersebut tidak nyaman….untungnya tidak ada penganiayaan. Anak muda ini sangat antusias sebab baru saja mengikuti pelatihan suatu program penginjilan tertentu. Tidak ada yang salah dengan mengikuti pelatihan penginjilan hanya tidak disemua tempat kita bisa menggunakan metode yang sama.
Ada yang banyak yang usulkan agar saya mengambil foto saat melayani, itu ide yang bagus tetapi saya melihat hal itu pun kurang tepat untuk dilakukan. Kalau kita sedang khotbah atau mengadakan bakti sosial untuk panti asuhan atau werda atau bagi sembako/makanan untuk gelandangan mungkin tidak mengapa, bagus fotonya. Tetapi pelayanan pribadi atau dalam sebuah komunitas “dunia hitam” ….tentu kurang bijak kita melakukannya. Kecuali pribadi yang kita layani sepenuhnya sudah lahir baru dan merasakan keyakinan yang kuat untuk menyaksikan kisah karya Kristus dalam hidupnya. Foto berdua dengan tokoh nasional, politik, artis atau atlet ternama….bagus dipajang di facebook….tetapi dengan orang dunia hitam….??? Ada hal-hal yang dikerjakan bisa kami foto atau bagikan tetapi ada banyak hal dalam pelayanan kami yang tidak dapat kami foto atau publikasikan secara detail mengenai tempat dan nama pada khususnya.
Dalam pelayanan kami, kami tidak memandang orang-orang yang kami layani sebagai bagian dari suatu program. Kami menekankan pada diri kami untuk melayani orang lain…memberitakan Injil…menjadi saksi…sebagai bagian hidup yang alamiah. Kami melayani karena kami melakukan apa yang Bapa dan Tuhan Yesus lakukan..Roh Kudus membimbing dan memimpin kami. Kini pun saya memilih untuk tidak mengambil dokumentasi dari orang jalanan atau gelandangan atau siapa pun yang kami layani di jalanan. Mengapa? Bisakah anda posisikan diri anda pada posisinya? Ia sedang kesulitan…sakit dan kelaparan….dan demi menggugah perasaan orang..lalu saya foto sebagai bukti pelayanan saya?? Bagaimana perasaan anda bila sedang susah..lalu saya foto dan lalu saya muat di blog atau FB atau media jejaring sosial lainnya…?? Setiap orang yang kami layani di jalanan kami anggap sebagai saudara kami sesama manusia yang perlu merasakan jamahan tangan dan kasih Tuhan….mereka bukan obyek… Saya tidak mau terjebak demi “menggaet donatur atau persembahan” lalu saya menjual foto dan proposal. Saya akan membagikan apa yang akan kami kerjakan dengan anda bila mau..kita bisa bertemu dan sharing….bila timing tepat dan anda sudah dapat mengerti apa yang kami kerjakan…why not..kita turun ke jalanan bersama.
Saya bersyukur untuk teman-teman seiman maupun saudara-saudaraku seiman yang telah mengenal kami sejak tahun 1991 dari awal saya mulai melayani Tuhan. Terimakasih atas dukungan doa-nya (doa beneran lho ya..jangan cuman di SMS atau email saja…hehehehe, Tuhan tahu kamu berdoa atau tidak), terimakasih untuk saudara-saudaraku yang telah menyalurkan berkatnya baik pakaian bekas, buku-buku bekas, sembako, dan berupa uang untuk mendukung pelayanan kami. Baik yang sudah lama mengenal kami secara pribadi terlebih mereka yang baru saja mengenal kami. Tuhan Yesus memberkati kalian semuanya. J
Terimakasih sudah ada bersama kami dalam suka maupun duka. Mau menerima bukan saja kelebihan kami tetapi juga kekurangan kami. Kalian orang-orang paling keren dalam Tuhan. Keep move on and keep the fire in HIM.