Minggu, 25 November 2012

MARINES DON'T QUIT

Marines Don’t Quit
Penat…..letih….merasa sendiri….ditinggalkan…..putus asa….perasaan tak berguna….menggelayuti diri kami sekeluarga. Sia-siakah apa yang kami kerjakan. Melayani dengan tulus mengorbankan semua bentuk kenyamanan dan memberi diri untuk melayani yang terbuang dan terlupakan. Sering kali kami dihadapkan pada orang-orang yang tidak mengerti dikasihi….perbandingannya sangat besar antara mereka yang hanya mau memanfaatkan kami dengan mereka yang sungguh-sungguh tersentuh dan ingin mengenal Tuhan. Namun apakah itu semua harus menyurutkan semangat dan menghentikan langkah kami melayani mereka yang terbuang?
Tiba-tiba aku mendengar sebuah dialog seorang prajurit marinir Amerika Serikat (dalam sebuah film) yang tengah berada dalam pertempuran dimana pasukannya tinggal beberapa orang dan kekuatan musuh begitu besar…..ia berkata,”Marines don’t quit(Marinir tidak menyerah)”. Aku merasa seolah Tuhan berkata,”Seorang prajuritKU tidak akan menyerah sampai akhir tujuan meski itu berarti mengorbankan dirinya bagi kemuliaan Tuhan.”
“Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.” (2 Timotius 2:3-4)
 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Para rasul 1:8) Kata saksi dalam bahasa aslinya (Yunani), adalah martus akar kata dari martir. Jadi bila seseorang penuh Roh Kudus bukan saja ia menjadi saksi melalui perkataan dan perbuatan tetapi juga ia siap mati bagi Tuhan. Anda mengaku penuh Roh Kudus….siapkah anda membayar berapapun harganya dalam melayani Dia sekalipun itu berarti mati sebagai seorang martir?
Bukankah Tuhan Yesus mengajarkan tentang perumpamaan Domba Yang Hilang…gembala yang baik…meninggalkan 99 domba untuk mencari satu yang hilang? Sang Gembala tidak diam saja dan fokus pada 99 tetapi ia pergi mencari satu yang tersesat. Berbeda dengan saat ini, saat saya menjabat sebagai gembala sidang…. Saya fokus pada 99 domba yang tersisa….dan “hanya” mendoakan 1 yang terhilang kiranya Roh Kudus menjamah. Ada dua sisi mata uang, satu sisi berdoa bagi jiwa terhilang tetapi sisi yang lain adalah bertindak. Kedua sisi tersebut diperlukan. Saya dulu pernah “mau enaknya sendiri”, menafsirkan dan melakukan firman Tuhan yang saya mau. Kalau yang berat maka saya siap untuk berdalih menggunakan ayat yang lain sebagai pembenaran diri sendiri, sangat memalukan. Tapi saya bertobat atas tindakan saya yang memalukan itu.
Saat saya menggembalakan sebuah sidang pada umumnya, saya mendapatkan respek dan penghargaan dari organisasi, rekan sejawat, jemaat yang digembalakan maupun saudara seiman yang pernah dilayani. Saat saya melakukan apa yang kebanyakan pelayan Tuhan kerjakan, saya dihargai…ketika pelayanan saya dinilai dari jabatan, pendidikan, jumlah jemaat, tempat ibadah, cara khotbah, lingkungan pengaruh dalam lingkungan gereja sekota atau masyarakat dll. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, selama itu panggilan Tuhan namun bagaimana bila Tuhan memanggil kita untuk keluar dari zona nyaman dan mulai melangkah mengerjakan hal yang lain? Banyak orang sulit mengerti keputusan kita bahkan rekan-rekan sejawat. Tidak mudah bagi kami sekeluarga mengambil keputusan ini apalagi memulai kembali semuanya dari bawah.
Melayani langsung “di mulut singa”, kami menyadari setiap hari merupakan peperangan baru di dalam roh sebab kami melayani orang-orang yang berada langsung di bawah pengaruh Iblis. Ada di antara mereka yang mengaku saudara seiman dan rajin pergi ke gereja tetapi di hari lain mereka juga pergi ke dukun untuk berbagai alasan, mereka menyatakan diri saudara seiman tapi terlibat kelompok kepemudaan yang terlibat banyak tindakan kekerasan bahkan kriminalitas dan lain-lain. Adakah orang-orang yang berdoa bagi kami? Kami tidak tahu….kami harapkan ada yang berdoa bagi perjuangan kami. Tekanan demi tekanan kadang kami alami bahkan teror dari orang-orang yang kami layani atau kelompok yang tidak suka kami masuk dan “mempengaruhi” anggota kelompoknya. Haruskah fitnahan atau bentuk teror lainnya menghentikan kami dari melayaniNya? TIDAK. Kami pun sering mendapatkan undangan untuk melayani dan memperlengkapi gereja Tuhan di kota-kota kecil maupun pedesaan bahkan pedalaman atau komunitas tertentu meski di kota besar tapi mereka secara finansial tidak kuat. Sayangnya berhubung kami belum memiliki sumber keuangan yang kuat, seringkali kami “pending” pelayanan tersebut. Kami mau pergi tetapi dana belum ada dan pihak yang mengundang belum mampu menyediakan biaya transportasi. Mungkin belum waktunya Tuhan. Namun apa yang dapat kami lakukan kami upayakan seperti mengirimkan literatur Kristen dan pakaian bekas maupun sedikit dana (persembahan atau perpuluhan) untuk membantu para pelayan Tuhan di daerah yang terkadang hanya mendapatkan persembahan dalam bentuk hasil bumi atau laut padahal mereka juga membutuhkan uang. Hidup kami saat ini pun sederhana tetapi bukan berarti itu menjadi alasan untuk tidak berbagi sama sekali. Haruskah kekurangan menghentikan pelayanan kami? TIDAK
Di sisi yang lain, istriku tercinta, saat ini juga tengah sakit. Dokter menyatakan bahwa untuk seumur hidupnya ia harus mengkonsumsi obat untuk tekanan darah tinggi dan jantungnya. Namun kami tetap melangkah dengan iman bahwa Tuhan Penyembuh kami. Tidak ada yang mustahil bagi Dia, bila pun kami harus melalui ini semua Tuhan pasti akan buka jalan dan memberi kekuatan bagi kami untuk menanggungnya. Haruskah kami menyerah akibat kelemahan fisik atau sakit penyakit? TIDAK
Aku sempat merasakan tekanan dari mana-mana dan hendak menyerah….. but I must not quit (tetapi saya tidak boleh menyerah)…..”Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Roma 8:35, 37)….. Roh Kudus mampukan aku dan keluargaku untuk terus maju mengerjakan misi yang telah IA embankan pada kami.
Tuhan sumber kekuatan kami. Mau menyerah? Oh tentu saja TIDAK. Marines don’t quit….and so do I…..God is my strength. Immanuel…….

Tidak ada komentar: