SAVE THE CHILDREN
SELAMATKAN ANAK-ANAK
DARI JALANAN
Pernahkah Anda memperhatikan
anak-anak kecil di perempatan jalan atau traffic light meminta atau mengamen?
Saya rasa itu merupakan pemandangan umum di sejumlah kota besar. Kadang kita
merasa iba dengan anak-anak ini dan memberi sekedarnya atau memberi mereka nasi
bungkus. Namun pernahkah Anda memperhatikan bahwa sebenarnya mereka
dieksploitasi oleh orangtua mereka untuk pergi meminta-minta?
Di beberapa kota besar saya suka
memperhatikan bagaimana orangtua mereka memperhatikan dari kejauhan aktivitas
anak-anak mereka. Sementara anak-anak pergi meminta-minta atau mengamen, orang
tua ngerumpi di pinggir jalan dan ada pula yang berjudi dan mabuk mempergunakan
uang hasil anaknya meminta dari belaskasihan orang lain.
Lebih parah lagi saya perhatikan
begitu banyak juga anak-anak jalanan yang lari dari rumah “diperbudak” oleh
sesama anak jalanan atau orang dewasa untuk menjadi sindikat peminta-minta
sebab mereka terorganisir. Mereka berpura-pura kehilangan anggota tubuhnya
padahal mereka melipat kaki atau tangan mereka dalam waktu lama agar orang yang
lalu lalang merasa iba.
Sebuah gereja di kota Surabaya
mengadopsi pelayanan bagi anak-anak jalanan dan di sebuah daerah kumuh mereka
membuat sebuah sekolah gratis untuk anak-anak ini. Luarbiasa…bukan? Tapi
kisahnya tidak seindah itu. Para orangtua dari anak-anak ini berkeberatan
anak-anak mereka bersekolah sebab mengurangi pemasukan harian mereka. Jadi
pihak sekolah gratis membayar sejumlah uang pada orangtua anak jalanan agar
anak-anak ini dapat izin untuk bersekolah.
Hati saya sangat sedih melihat
hal ini. Bagaimana nasib bangsa ini di kemudian hari bila tunas bangsa…harapan
bangsa ini memiliki mentalitas seperti ini? Mentalitas meminta-minta,
memanipulasi orang, mencari uang dengan segala cara dan tidak memiliki harga
diri lagi. Demi uang akhirnya mereka lakukan apa pun. Ketika kita ingin
membantu dan menawarkan pekerjaan yang lebih terhormat seperti berjualan koran,
berjualan donat atau kegiatan wira usaha lainnya mereka menolak. Sebab mereka
berpikir pekerjaan saat ini terasa ringan, memuaskan dan menghasilkan
lebih banyak rupiah daripada mereka bekerja wirausaha yang memerlukan ketekunan
lebih.
Hati saya hancur saat melihat
anak-anak remaja baik putra maupun putri terjerumus dalam pelacuran usia dini.
Demi blackberry atau Ipad atau demi kesenangan atau pakaian yang sedang trend
mereka rela disetubuhi oleh pria dewasa, tante girang, kaum gay/lesbian,
phidophilia (pecinta sex dengan anak-anak, bisa laki-laki atau perempuan). Ada
pula yang demi orangtua, karena terlibat hutang maka anak gadis yang masih
perawan dijadikan korban agar hutang bisa terlunasi. Ada pula orangtua yang
sengaja menjual bayi-bayinya demi uang jutaan rupiah. Hamil bukan agar punya
anak untuk dibesarkan tetapi diperjualbelikan.
Saya teringat saat saya remaja
dan masih duduk di bangku SMP, saya termasuk anak yang nakal di sekolah dan
suka membolos. Saya sering membolos dan duduk di taman kota melihat kegiatan
yang terjadi di sana sambil menunggu waktunya amusement tempat bermain dingdong
buka. Beberapa kali saya didatangi oleh pria dewasa yang awalnya mengajak saya
berbincang, namun lama kelamaan duduk merapat dan mulai meraba anggota tubuh saya.
Hingga saya lalu marah dan pergi meninggalkan pria dewasa tersebut. Setelah dua
kali saya mengalami pelecehan seksual sesama jenis, hal tersebut membuat saya
menjadi lebih waspada terhadap sesama pria terutama yang telah dewasa bila
mereka berupaya mendekati saya.
Saya saat itu beruntung dapat
pergi sebab berada di tempat yang cukup ramai tapi berapa banyak anak remaja
yang akhirnya selain mengalami pelecehan seksual, mereka pun diperkosa. Hingga
menimbulkan ekses kebencian dan biasanya ketika beranjak dewasa anak-anak ini
melampiaskan amarah mereka dengan memperkosa bocah laki-laki lagi.
Di lain waktu saat saya membolos
di alun-alun kota Bandung, seorang Tante mendatangi saya dan mengajak saya main
ke rumahnya. Saya memandang Tante tersebut yang rasanya lebih cocok jadi Oma
saya. Rasanya muak sekali melihat nenek ganjen….
Di lain waktu saat saya sudah
berkeluarga, saya melihat sejumlah anak jalanan diajak jalan dan makan di mall
oleh seorang turis bule yang nampaknya pecinta sejenis dan seorang phidophilia
(pecinta seks dengan anak-anak). Saya dan istri sedih namun tak dapat berbuat
apa-apa. Anak-anak itu tampak “enjoy” diajak makan di food court, dibelikan
pakaian bagus dan nonton bareng tetapi setelah itu apakah yang akan terjadi?
Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.
Di waktu yang lain saat kami di
kota Surabaya dan menggembalakan kami bertemu dengan anak salah satu jemaat
kami yang telah lama tidak aktif ke gereja berada di jalanan yang terkenal
merupakan area prostitusi di kota Pahlawan tersebut. Kami terkejut dan dia pun
terkejut. Mengapa ia menjadi seorang pelacur remaja? Ia mengisahkan pada kami
bahwa ia marah pada sang ayah yang suka berselingkuh dan menyakiti mamanya baik
secara verbal maupun fisik. Tindakannya adalah cara ia membalas ketidaksetiaan
sang ayah adalah dengan menghancurkan hati sang ayah dengan menjadi seorang
pelacur jalanan. Ironi tetapi hal tersebut terjadi.
Beberapa kali kami melihat
bagaimana kasus seks bebas yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur. Hal ini
terjadi sejak dulu tapi pada saat ini seks bebas semakin meningkat terjadi.
Dalam jemaat kami di Surabaya, saya menemukan beberapa anak pria sudah mengenal
seks sejak mereka masih duduk di bangku SD hanya karena ditantang untuk
membuktikan diri mereka sudah dewasa. Sangat menyedihkan mendengar pengakuan
mereka.
Media televisi pun seolah
menunjang seks bebas. Kalau dulu seorang remaja malu karena belum pernah
berciuman sekarang berciuman sudah biasa saja bahkan melakukan seks bebas
seolah wajar saja. Anak remaja yang belum pernah berhubungan seks malah malu
untuk mengakui hal tersebut. Padahal kita tinggal di daerah yang menjunjung
budaya timur. Angka aborsi di Indonesia pun tinggi. Bahkan yang lebih ironi
saat ini begitu banyak anak bayi yang dibuang atau dibunuh setelah lahir. Anak
bayi ditinggalkan di wc umum, di tempat pembuangan sampah, di pinggir jalan
dll. Hal tersebut membuat saya sedih
bercampur marah.
Dunia di luar sana apalagi
jalanan sangat liar. Ini hanya beberapa contoh yang pernah saya alami dan lihat
dengan mata kepala sendiri maupun saya dapatkan infonya dari pemberitaan media.
Saat ini bila ada anak gadis
(atau wanita dewasa) yang hamil di luar penikahan dan tengah dilanda
keputusasaan. Saya meminta jangan kau gugurkan kandunganmu. Anak dalam
kandungan itu tak berdosa, jangan dibunuh melalui aborsi. Saya memiliki
rekan-rekan yang melayani para wanita yang tengah hamil di luar hubungan
pernikahan. Bila Anda tak menghendaki bayi tersebut tolong jangan aborsi
mereka. Lebih baik dan mulia diserahkan pada para orangtua lain yang merindukan
anak namun belum memilikinya. Mereka akan menjadi orangtua bagi bayi-bayi
mungil yang tak bersalah ini. Ada panti-panti pro life (pro kehidupan), kami aktivis
yang menentang aborsi, merawat para ibu dan bayi-bayi yang “terbuang” ini. Banyak
wanita yang hamil di luar pernikahan dihinggapi rasa takut, kuatir dan bingung.
Rekan-rekan saya dalam pergerakan pro life..siap menolong.
Bila ada anak-anak remaja dalam
permasalahan (teen at risk) kami siap membantu dan menolong. Kerinduan hati
kami melihat anak-anak diselamatkan dan dipulihkan dari nilai-nilai yang salah
dan gaya hidup yang tidak benar.
Bagi rekan-rekan yang mau
terlibat dalam pergerakan menyelamatkan “anak-anak kita” ini dapat juga
menghubungi kami. Kami tidak dapat bekerja sendiri, kita saling membutuhkan
seorang dengan yang lain untuk dapat menyelamatkan anak-anak ini. Kita dapat
mendiskusikan ide-ide kita masing-masing untuk menyelamatkan anak-anak ini.
Kami juga siap untuk sharing atau
mengadakan School of Underground Ministries (Pelatihan untuk penjangkauan
pelayanan sub kultur) baik di persekutuan, kelompok sel atau gereja Anda.
Kami juga tengah berdoa untuk
sebuah rumah singgah untuk pemulihan tahun depan. Rencananya kami akan
mengumpulkan dana bagi kegiatan ini melalui pembuatan t-shirt, pin, stiker dan
mug Save The Children. Juga beberapa kegiatan untuk raising fund lainnya.
Salam dan doa,
Ps. Dave Broos
Gembala Kaum Terbuang
Bagi rekan-rekan di FB bisa inbox
saya bila hendak sharing. GBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar