Kamis, 22 November 2012

Save The Children


SAVE THE CHILDREN
SELAMATKAN ANAK-ANAK DARI JALANAN
Pernahkah Anda memperhatikan anak-anak kecil di perempatan jalan atau traffic light meminta atau mengamen? Saya rasa itu merupakan pemandangan umum di sejumlah kota besar. Kadang kita merasa iba dengan anak-anak ini dan memberi sekedarnya atau memberi mereka nasi bungkus. Namun pernahkah Anda memperhatikan bahwa sebenarnya mereka dieksploitasi oleh orangtua mereka untuk pergi meminta-minta?
Di beberapa kota besar saya suka memperhatikan bagaimana orangtua mereka memperhatikan dari kejauhan aktivitas anak-anak mereka. Sementara anak-anak pergi meminta-minta atau mengamen, orang tua ngerumpi di pinggir jalan dan ada pula yang berjudi dan mabuk mempergunakan uang hasil anaknya meminta dari belaskasihan orang lain.
Lebih parah lagi saya perhatikan begitu banyak juga anak-anak jalanan yang lari dari rumah “diperbudak” oleh sesama anak jalanan atau orang dewasa untuk menjadi sindikat peminta-minta sebab mereka terorganisir. Mereka berpura-pura kehilangan anggota tubuhnya padahal mereka melipat kaki atau tangan mereka dalam waktu lama agar orang yang lalu lalang merasa iba.
Sebuah gereja di kota Surabaya mengadopsi pelayanan bagi anak-anak jalanan dan di sebuah daerah kumuh mereka membuat sebuah sekolah gratis untuk anak-anak ini. Luarbiasa…bukan? Tapi kisahnya tidak seindah itu. Para orangtua dari anak-anak ini berkeberatan anak-anak mereka bersekolah sebab mengurangi pemasukan harian mereka. Jadi pihak sekolah gratis membayar sejumlah uang pada orangtua anak jalanan agar anak-anak ini dapat izin untuk bersekolah.
Hati saya sangat sedih melihat hal ini. Bagaimana nasib bangsa ini di kemudian hari bila tunas bangsa…harapan bangsa ini memiliki mentalitas seperti ini? Mentalitas meminta-minta, memanipulasi orang, mencari uang dengan segala cara dan tidak memiliki harga diri lagi. Demi uang akhirnya mereka lakukan apa pun. Ketika kita ingin membantu dan menawarkan pekerjaan yang lebih terhormat seperti berjualan koran, berjualan donat atau kegiatan wira usaha lainnya mereka menolak. Sebab mereka berpikir pekerjaan  saat ini  terasa ringan, memuaskan dan menghasilkan lebih banyak rupiah daripada mereka bekerja wirausaha yang memerlukan ketekunan lebih.
Hati saya hancur saat melihat anak-anak remaja baik putra maupun putri terjerumus dalam pelacuran usia dini. Demi blackberry atau Ipad atau demi kesenangan atau pakaian yang sedang trend mereka rela disetubuhi oleh pria dewasa, tante girang, kaum gay/lesbian, phidophilia (pecinta sex dengan anak-anak, bisa laki-laki atau perempuan). Ada pula yang demi orangtua, karena terlibat hutang maka anak gadis yang masih perawan dijadikan korban agar hutang bisa terlunasi. Ada pula orangtua yang sengaja menjual bayi-bayinya demi uang jutaan rupiah. Hamil bukan agar punya anak untuk dibesarkan tetapi diperjualbelikan.
Saya teringat saat saya remaja dan masih duduk di bangku SMP, saya termasuk anak yang nakal di sekolah dan suka membolos. Saya sering membolos dan duduk di taman kota melihat kegiatan yang terjadi di sana sambil menunggu waktunya amusement tempat bermain dingdong buka. Beberapa kali saya didatangi oleh pria dewasa yang awalnya mengajak saya berbincang, namun lama kelamaan duduk merapat dan mulai meraba anggota tubuh saya. Hingga saya lalu marah dan pergi meninggalkan pria dewasa tersebut. Setelah dua kali saya mengalami pelecehan seksual sesama jenis, hal tersebut membuat saya menjadi lebih waspada terhadap sesama pria terutama yang telah dewasa bila mereka berupaya mendekati saya.
Saya saat itu beruntung dapat pergi sebab berada di tempat yang cukup ramai tapi berapa banyak anak remaja yang akhirnya selain mengalami pelecehan seksual, mereka pun diperkosa. Hingga menimbulkan ekses kebencian dan biasanya ketika beranjak dewasa anak-anak ini melampiaskan amarah mereka dengan memperkosa bocah laki-laki lagi.
Di lain waktu saat saya membolos di alun-alun kota Bandung, seorang Tante mendatangi saya dan mengajak saya main ke rumahnya. Saya memandang Tante tersebut yang rasanya lebih cocok jadi Oma saya. Rasanya muak sekali melihat nenek ganjen….
Di lain waktu saat saya sudah berkeluarga, saya melihat sejumlah anak jalanan diajak jalan dan makan di mall oleh seorang turis bule yang nampaknya pecinta sejenis dan seorang phidophilia (pecinta seks dengan anak-anak). Saya dan istri sedih namun tak dapat berbuat apa-apa. Anak-anak itu tampak “enjoy” diajak makan di food court, dibelikan pakaian bagus dan nonton bareng tetapi setelah itu apakah yang akan terjadi? Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.
Di waktu yang lain saat kami di kota Surabaya dan menggembalakan kami bertemu dengan anak salah satu jemaat kami yang telah lama tidak aktif ke gereja berada di jalanan yang terkenal merupakan area prostitusi di kota Pahlawan tersebut. Kami terkejut dan dia pun terkejut. Mengapa ia menjadi seorang pelacur remaja? Ia mengisahkan pada kami bahwa ia marah pada sang ayah yang suka berselingkuh dan menyakiti mamanya baik secara verbal maupun fisik. Tindakannya adalah cara ia membalas ketidaksetiaan sang ayah adalah dengan menghancurkan hati sang ayah dengan menjadi seorang pelacur jalanan. Ironi tetapi hal tersebut terjadi.
Beberapa kali kami melihat bagaimana kasus seks bebas yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur. Hal ini terjadi sejak dulu tapi pada saat ini seks bebas semakin meningkat terjadi. Dalam jemaat kami di Surabaya, saya menemukan beberapa anak pria sudah mengenal seks sejak mereka masih duduk di bangku SD hanya karena ditantang untuk membuktikan diri mereka sudah dewasa. Sangat menyedihkan mendengar pengakuan mereka.
Media televisi pun seolah menunjang seks bebas. Kalau dulu seorang remaja malu karena belum pernah berciuman sekarang berciuman sudah biasa saja bahkan melakukan seks bebas seolah wajar saja. Anak remaja yang belum pernah berhubungan seks malah malu untuk mengakui hal tersebut. Padahal kita tinggal di daerah yang menjunjung budaya timur. Angka aborsi di Indonesia pun tinggi. Bahkan yang lebih ironi saat ini begitu banyak anak bayi yang dibuang atau dibunuh setelah lahir. Anak bayi ditinggalkan di wc umum, di tempat pembuangan sampah, di pinggir jalan dll.  Hal tersebut membuat saya sedih bercampur marah.
Dunia di luar sana apalagi jalanan sangat liar. Ini hanya beberapa contoh yang pernah saya alami dan lihat dengan mata kepala sendiri maupun saya dapatkan infonya dari pemberitaan media.
Saat ini bila ada anak gadis (atau wanita dewasa) yang hamil di luar penikahan dan tengah dilanda keputusasaan. Saya meminta jangan kau gugurkan kandunganmu. Anak dalam kandungan itu tak berdosa, jangan dibunuh melalui aborsi. Saya memiliki rekan-rekan yang melayani para wanita yang tengah hamil di luar hubungan pernikahan. Bila Anda tak menghendaki bayi tersebut tolong jangan aborsi mereka. Lebih baik dan mulia diserahkan pada para orangtua lain yang merindukan anak namun belum memilikinya. Mereka akan menjadi orangtua bagi bayi-bayi mungil yang tak bersalah ini. Ada panti-panti pro life (pro kehidupan), kami aktivis yang menentang aborsi, merawat para ibu dan bayi-bayi yang “terbuang” ini. Banyak wanita yang hamil di luar pernikahan dihinggapi rasa takut, kuatir dan bingung. Rekan-rekan saya dalam pergerakan pro life..siap menolong.
Bila ada anak-anak remaja dalam permasalahan (teen at risk) kami siap membantu dan menolong. Kerinduan hati kami melihat anak-anak diselamatkan dan dipulihkan dari nilai-nilai yang salah dan gaya hidup yang tidak benar.
Bagi rekan-rekan yang mau terlibat dalam pergerakan menyelamatkan “anak-anak kita” ini dapat juga menghubungi kami. Kami tidak dapat bekerja sendiri, kita saling membutuhkan seorang dengan yang lain untuk dapat menyelamatkan anak-anak ini. Kita dapat mendiskusikan ide-ide kita masing-masing untuk menyelamatkan anak-anak ini.
Kami juga siap untuk sharing atau mengadakan School of Underground Ministries (Pelatihan untuk penjangkauan pelayanan sub kultur) baik di persekutuan, kelompok sel atau gereja Anda.
Kami juga tengah berdoa untuk sebuah rumah singgah untuk pemulihan tahun depan. Rencananya kami akan mengumpulkan dana bagi kegiatan ini melalui pembuatan t-shirt, pin, stiker dan mug Save The Children. Juga beberapa kegiatan untuk raising fund lainnya.

Salam dan doa,

Ps. Dave Broos
Gembala Kaum Terbuang
Bagi rekan-rekan di FB bisa inbox saya bila hendak sharing. GBU

Tidak ada komentar: