Rabu, 22 Juni 2011

THE POWER OF INITIATING INTEREST (KUASA UNTUK MENGEMBANGKAN MINAT)


THE POWER OF INITIATING INTEREST
(KUASA UNTUK MENGEMBANGKAN MINAT)



Saat saya remaja, keluarga kami membeli sebuah rumah mungil di tengah kota Bandung. Menyenangkan juga memiliki rumah sendiri setelah sekian lama orangtuaku mengontrak. Di tengah kesibukan kami memindahkan barang-barang ke rumah yang baru, Mama memintaku untuk memompa air dari pompa air manual. Sebab pompa air listrik belum lagi kami pasang. Dengan semangat 45, saya mulai memompa air namun modal semangat saja belum cukup rupanya. Setelah terengah-engah selama 15 menit tidak setetes air pun keluar dari pompa malahan keringat di dahi menetes dengan derasnya belum lagi tangan saya pegalnya minta ampun. Padahal segala macam jurus dan cara telah saya upayakan, namun semuanya gagal.
Papa akhirnya datang dan menanyakan dimana airnya. Yang saya jawab,”Pompanya rusak Pa, engga ada air yang keluar atau mungkin sumurnya kosong.” Papa hanya tertawa sambil mengambil air sedikit dari botol minuman dan mulai memasukkan air ke lubang yang ada pada pompa itu. “Dave kalau airnya tidak keluar, itu berarti kamu harus memancingnya agar keluar dengan memasukkan sedikit air ke dalam lubang itu.” Benar apa yang dikatakan Papa, sebentar saja air itu sudah keluar dari pompa air tersebut. Ya ampun, coba kalau aku tahu dari tadi pasti tidak perlu berusaha dengan kepayahan seperti tadi.
Menjadi saksi Kristus sebenarnya bukanlah hal yang menakutkan dan sulit. Sebab bila kita sudah menghidupi kebenaran dan hidup dalam ketaatan pada TUHAN setiap hari, maka secara natural kita sudah menjadi saksiNYA. Kemana pun kita pergi melangkah ingatlah bahwa IA adalah IMMANUEL (Mat 1:23).

Ketika saya baru lahir baru dan bertobat, saya tidak tahu cara bersaksi dan menginjil yang efektif. Sebab di gereja keluarga kami, penginjilan dilarang sebab itu tandanya kami tidak bertoleransi dengan orang beragama lain. Saya sempat bingung dengan para pemimpin rohani kami saat itu. Namun di sisi lain Firman Tuhan memerintahkan agar kita mengabarkan Injil pada mereka yang terhilang (Mrk 16:15). Siapa harus kutaati lebih? Para pemimpin gereja setempat atau perkataan Tuhanku?

Meski gereja melarang tetapi saya mau taat pada apa yang diperintahkan Tuhan Yesus. Hingga saya belajar secara otodidak, saya mulai membaca buku bagaimana menginjil yang efektif. Setelah membaca buku itu ada perasaan bercampur aduk, ada semangat yang berapi-api tapi ada juga rasa takut, bagaimana bila saya ditolak atau dipukul atau lebih buruk dari itu umpamanya dianiaya atau di penjara? Berbagai macam alasan muncul dalam benak saya. Siapalah saya yang mau mewartakan Injil kepada orang lain? Membaca Alkitab saja baru beberapa bulan, itu pun bila mencari nama kitab harus melihat index Isi Alkitab. Pikiran semacam itu seperti medan perang yang berkecamuk di dalam benak saya.
Sebelum saya bertobat, saya adalah pecandu alkohol dan narkoba, hampir setiap waktu saya dalam pengaruh benda-benda laknat tersebut. Rasa percaya diri saya timbul saat saya menggunakan “barang haram” itu. Kini setelah bertobat saya sudah meninggalkan hal tersebut. Pada mulanya, saya tidak memiliki rasa percaya diri bahkan untuk berbicara dan bersaksi mengenai apa yang telah Kristus lakukan pada diri saya. Setiap kali mau bersaksi lidah terasa kelu.
Dalam doa-doa saya, saya bergumul di hadapan Tuhan, saya ingin menjadi saksiNYA tetapi saya merasa tidak fasih lidah dan tidak percaya diri bagaimana caranya memperkenalkan Kristus dengan baik dan benar. Ada kerinduan besar dalam hati saya namun merasa minder.

Saat saya tekun berdoa dan mencari Tuhan setiap waktu, saat itulah saya mengalami kepenuhan Roh Kudus. Rasa haus dan lapar akan Tuhan memenuhi relung hati saya. Rasa takut menyingkir dan keberanian timbul untuk hidup taat dihadapan Tuhan. Bukan karena saya mampu tetapi Tuhan memampukan saya untuk hidup dalam kebenaranNya dan mewartakan Kabar Baik bagi mereka yang berputus asa dan tersesat.
Kala itu saya sering ke toko buku Kristen untuk membeli buku rohani atau kadang hanya melihat-lihat saja. Sampai mata saya tertuju pada tumpukan traktat di counter dekat kasir. Tiba-tiba ada ide dalam diri saya,mungkin saya tidak fasih lidah untuk berbicara tetapi tentu tidak sulit untuk membagikan traktat ini pada keluarga dan teman-teman saya. Saya datangi counter dan bertanya pada kasir “Sorry Broer, mau tanya traktat ini gratis?”
“Oya, Mas, silahkan ambil saja.”jawab kasir itu.
“Berapa banyak boleh saya ambil?” tanya saya lagi.
“Terserah Mas, mau semuanya juga boleh.” Jawab kasir itu lagi.
Dan anda tahu apa yang terjadi? Saya ambil SEMUA.
Sejak saat itulah saya mulai membagikan traktat pada keluarga, teman-teman bahkan orang yang saya temui di jalan atau tempat umum.

Apa yang ingin saya tekankan disini bukanlah penginjilan menggunakan traktat tetapi bila kita memiliki kerinduan menjadi saksi Kristus yang efektif, pasti Tuhan akan membuka jalan dan memberikan ide. Dan caraNYA itu selalu beragam dan kreatif.
Setiap orang dapat dipakai Tuhan Yesus sebagai saksiNYA , IA sudah mati bagi umat manusia dan mengehendaki semua selamat.(Yohanes 3:16) Namun bagaimana mereka dapat diselamatkan bila tidak ada seorang pun yang mengabarkan Kabar Baik ini? (Roma 10:13-15). Merupakan sebuah penghargaan besar bagi kita telah dipilih untuk menjadi saksiNYA.

Saya belajar bahwa berita Injil seharusnya menjadi bagian hidup kita. Suatu kali kala saya sudah melayani sebagai pelayan Tuhan di kota Surabaya, saya berlangganan bakso Malang. Hampir tiap hari setelah membereskan gedung gereja, saya nongkrong di depan rumah Gembala Sidang. Biasanya menjelang siang tukang bakso ini pun mangkal dekat rumah. Kami biasanya ngobrol ngalor ngidul, sampai suatu ketika Roh Tuhan mulai mendorong saya untuk bercerita tentang masa lalu saya dan bagaimana Tuhan telah mengubahkan kehiduoan sepenuhnya. Semenjak hari itu, tukang bakso menjadi terbuka untuk mendengar berita Injil. Ia pun mulai menceritakan pergumulan hidupnya dan seringkali meminta saran saya. Hingga akhirnya ia pun menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Bukan saja satu jiwa terselamatkan, saya sendiri merasakan sukacita besar yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Saya tahu bahwa bukan hanya saya sendiri saja yang bersukacita tetapi juga seisi surga (Lukas 15:7,10) Saya menjadi “ketagihan” membawa seseorang pada Kristus. Sebab ternyata melalui hubungan dan persahabatan yang tulus, Tuhan dapat berkarya dengan luar biasa.

Kini pandanglah sekeliling Anda, di kala Anda bertemu dengan orang-orang di sekolah, kantor, supermarket, toko langganan, pompa bensin, bengkel, angkot, restoran dan tempat umum lainnya di mana anda sering berada. Hampir setiap hari Anda mungkin bertemu dengan orang tersebut, apakah itu hanya suatu kebetulan belaka atau Tuhan punya rencana bagi Anda untuk menjadi saksiNYA? Anda terlahir di muka bumi ini bukan karena kebetulan bahkan sebelum dalam kandungan ibu Anda, Tuhan sudah membuat rencana dan misi bagi anda saat hidup di muka bumi ini (Yeremia 1:5). Sungguh sangat luarbiasa!

(Catatan: Traktat merupakan booklet atau leaflet berisikan berita Injil secara tertulis maupun melalui gambar atau komik)

Bagaimana caranya agar kita bisa membangun hubungan?

Untuk memudahkan kita mengingat cara membangun hubungan melalui cara “friendship evangelism” kita gunakan kata SALT (garam).

1. “SAY SOMETHING” (katakan sesuatu). Mungkin Anda termasuk seorang introvert atau pendiam. Berdoa dan carilah suatu persamaan atau ketertarikan yang sama dengan orang yang hendak kita bangun hubungan. Saya akan coba memberikan Anda beberapa ide. Seperti analogi pompa air yang saya ceritakan di atas, kita dapat memulainya dengan “menyatakan sesuatu yang sederhana” untuk “memancing”. Ketika kita bertemu seseorang kita dapat memberikan senyuman dan pandangan yang hangat, ucapan selamat pagi yang ramah, atau sekedar menyapa dengan ucapan “hai”dan masih banyak cara lagi yang akan Roh Kudus tunjukkan pada kita. Hal-hal yang sangat sederhana tetapi akan mampu “mencairkan suasana” (ice breaker) untuk memulai pembicaraan. (Yohanes 4:7-26, 39-42)
2. “ASK QUESTIONS”(ajukan pertanyaan). Carilah kesamaan antara Anda dan pribadi tersebut. Tunjukanlah sikap bersahabat yang tulus, ingat mereka jiwa yang membutuhkan Kristus dan bukan target untuk kita jadikan “Kristen”. Mulailah berbincang dan milikilah empati. Tunjukan sikap bersahabat dan jangan mengajukan pertanyaan yang bersifat mengancam. Mulai mengajukan pertanyaan untuk mengetahui apakah kebutuhan dia yang mendasar (Yohanes 5:6-14).
3. “LISTEN” (mendengarkan). Jadilah pendengar yang baik, jangan banyak memotong pembicaraan saat seseorang sedang “curhat” apalagi menghakimi atau menggurui dia (Yakobus 1:19, Matius 7:1-2). Saat mendengarkan seseorang berbicara, harap memperhatikan baik-baik apa yang ia sampaikan jangan sampai Anda melamun. Pandanglah mata mereka dengan penuh simpati dan tulus. Turut rasakan penderitaannya atau tertawalah bersamanya bila ada kisah kehidupannya yang lucu. (Matius 10:17-21)
4. “TURN THE CONVERSATION INTO SOMETHING DEEPER” (alihkan pembicaraan pada sesuatu yang lebih mendalam). Bila sudah timbul saling percaya satu dengan yang lain akan lebih mudah bagi kita berbicara sebagai dua orang sahabat. Biasanya bila orang tersebut sudah percaya pada kita maka ia akan menyampaikan permasalahan pribadi dan rahasia hidupnya. Di sinilah kita harus dapat menjadi orang yang dapat menjaga rahasia orang lain. Ingat kita dipanggil Tuhan menjadi the True Worshippers (penyembah dalam kebenaran) dan bukan the True Gossipers ( penggunjing/penggosip tulen). Banyak orang kecewa akibat orang Kristen yang tidak bisa menahan mulutnya untuk bergosip (Yakobus 3:1-12). Setiap orang memiliki kebutuhan untuk didengarkan dan memiliki sahabat yang dapat dipercayai & mengasihi dengan tulus. Sebagai seorang sahabat akan jauh lebih mudah bagi anda menyampaikan isi hati Tuhan padanya. Bahwa jawaban dari permasalahan hidupnya ada pada Tuhan Yesus. Sebab IA adalah jawaban bagi tiap masalah dalam hidup kita.

Saya melihat betapa efektifnya “friendship evangelism” (penginjilan melalui persahabatan) ini, sebab kita menyampaikan Kabar Baik bukan dengan suatu paksaan tetapi dengan kasih di antara dua orang sahabat. Tugas kita mengabarkan hal tersebut, namun Roh Kudus-lah yang akan memberikan keyakinan (conviction) pada orang tersebut. (Yohanes 3:1-16)

Tidak ada komentar: