CAKRAWALA: MEMBIMBING ANAK BERORIENTASI KEPADA ALLAH
Diringkas oleh: S. Setyawati
Jika
kita amati, arah perahu layar sebenarnya tidak hanya ditentukan oleh
arah angin, tetapi oleh keseimbangan dari layar. Ibarat memasang layar
dalam perahu, demikianlah yang terjadi ketika kita memperkenalkan anak
pada kebenaran Allah. Bagaimanakah respons anak terhadap
pengaruh-pengaruh yang ada di sekitarnya ditentukan oleh orientasi anak
kepada Allah.
Amsal 9:7-10 membedakan respons dari pencemooh dan
orang bijak terhadap kecaman dan didikan, "Siapa mendidik seorang
pencemooh, mendatangkan cemooh kepada dirinya sendiri, dan siapa
mengecam orang fasik, mendapat cela. Janganlah mengecam seorang
pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka
engkau akan dikasihinya, berilah orang bijak nasihat, maka ia akan
menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan
bertambah. Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang
Mahakudus adalah pengertian." Ayat 10 menolong kita untuk mengetahui
apakah seorang anak akan menjadi seorang pencemooh atau seorang bijak.
Takut kepada Tuhanlah yang membuat orang menjadi bijaksana, dan hikmat
yang menentukan bagaimana seseorang menanggapi koreksi atau kritikan.
Orientasi kepada Allah
Semua
manusia mempunyai orientasi kepada Allah dan setiap orang pada dasarnya
bersifat religius, termasuk anak-anak. Mereka adalah makhluk penyembah.
Namun, siapa yang mereka sembah, Tuhan atau berhala?
Seperti
orang dewasa, anak-anak tidak pernah bersikap netral. Namun, mereka
perlu dibimbing agar dapat menyaring pengetahuan dari luar dirinya
sesuai kebenaran ilahi. Roma 1:18-19 mengatakan, "Sebab murka Allah
nyata dari surga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang
menindas kebenaran dengan kelaliman. Karena apa yang dapat mereka
ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakan
kepada mereka." Semua orang seharusnya mengerti kebenaran Allah dengan
jelas, tetapi orang-orang yang tidak peduli akan Tuhan menindas
kebenaran itu. Mereka tidak mau mengakui dan tunduk pada perkara-perkara
yang dikehendaki Allah. Seperti yang dikatakan Paulus bahwa kendati pun
mereka mengenal Allah tetapi mereka tidak memuliakan Dia, sebaliknya
pikiran mereka menjadi sia-sia dan pada akhirnya menyembah berhala.
Lalu,
bagaimana respons anak-anak Anda? Apakah mereka merespons Allah dengan
iman atau menindas kebenaran-Nya dengan kejahatan. Jika mereka merespons
Allah dengan iman, berarti mereka sungguh-sungguh mengenal Allah dan
melayani-Nya. Jika mereka menindas kebenaran dengan kejahatan, maka
mereka mungkin akan menyembah dan melayani ciptaan, bukan Sang Pencipta.
Inilah yang dimaksud "berorientasi kepada Allah".
Memilih Antara Dua Jalan
Dalam
kehidupan ini ada dua pilihan. Pilihan pertama adalah menyembah Allah
yang sejati dan memiliki hati yang berorientasi untuk mengenal dan
melayani Allah lebih baik. Pilihan kedua adalah menyembah berhala --
hal-hal yang bukan Allah dan tidak dapat memuaskan.
Bagaimana
dengan keberadaan seseorang jika ia masih kecil atau anak-anak?
Anak-anak barangkali tidak menyadari komitmen keagamaannya, tetapi dia
juga tidak bersikap netral. Karena Allah menciptakan anak-anak segambar
dengan rupa Allah, maka mereka dirancang dengan suatu kecenderungan
untuk beribadah. Daud mengingatkan kita akan hal ini dalam Mazmur 58:4,
"Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan
pendusta-pendusta telah sesat." Bandingkan dengan Mazmur 51:7,
"Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku
dikandung ibuku." Kedua ayat di atas menyatakan bahwa anak-anak sejak
dalam kandungan sudah mempunyai sifat suka melawan dan penuh dosa.
Mungkin ada banyak orang yang mengatakan bahwa seseorang berdosa ketika
dia berbuat dosa, tetapi Alkitab menyatakan bahwa orang berbuat dosa
karena dia adalah manusia berdosa. Hal ini juga terjadi pada anak-anak,
mereka secara moral tidak pernah netral, bahkan sejak dari kandungan.
Jika
demikian, apakah memukul pantat sebagai bentuk hukuman kepada anak itu
benar? Ya, seperti dalam Amsal 22:15, "Kebodohan melekat pada hati orang
muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya."
Maksudnya, orang tua harus membimbing anak jika ada sesuatu yang salah
dalam hatinya. Pembimbingan orang tua perlu dilakukan bukan semata-mata
untuk mengubah struktur rumah tangga, tetapi mengubah hati anak.
Hati Tidak Bersifat Netral
Karena
hati anak-anak tidak netral, ia akan cenderung menyembah Allah atau
berhala. Berhala-berhala yang dimaksud bukanlah patung-patung kecil,
tetapi hal-hal yang mendominasi keinginan hati anak, misalnya rasa takut
kepada orang, keinginan-keinginan jahat, berbagai nafsu, dan
kesombongan. Selain itu, berhala zaman sekarang juga mencakup
kecenderungan untuk berpikiran duniawi dan mencintai perkara-perkara
yang rendah.
Anak-anak berinteraksi dengan pengalaman masa
kanak-kanak berdasarkan kecenderungan mereka kepada Allah. Apakah mereka
merespons kehidupan sebagai anak-anak beriman yang mengenal, mengasihi,
dan melayani Tuhan, atau sebagai anak-anak yang bodoh, tidak mau
percaya, tidak mengenal maupun melayani Dia. Yang terpenting adalah
mereka memberikan respons, mereka tidak netral. Mereka bukan merupakan
hasil penjumlahan dari semua hal yang kita masukkan ke dalam diri
mereka, mereka berinteraksi dengan kehidupan. Hasilnya, anak dapat
memiliki iman sesuai perjanjian yang sejati atau ketidakpercayaan karena
ia mengikuti perjanjian dengan berhala.
Kepada Siapakah Anak Akan Beribadah?
Membesarkan
anak bukan sekadar memberikan masukan-masukan yang baik, mengajak anak
untuk menciptakan suasana rumah tangga yang konstruktif, dan membentuk
anak yang memiliki hubungan harmonis dengan orang tua. Ada hal penting
lainnya yang harus dilakukan, yaitu yang terkait dengan interaksi dengan
Allah yang hidup.
Dalam perkembangannya, di satu sisi, anak bisa
diarahkan untuk menyembah dan melayani Allah, serta memiliki pemahaman
yang semakin berkembang tentang siapakah sebenarnya Allah itu. Namun di
sisi lain, anak bisa juga mencari kehidupan yang terpisah dari Allah.
Ketika anak menyakini dalam hatinya bahwa Allah itu tidak ada, dia telah
menjadi penyembah berhala. Dalam hal ini, orang tua bertugas untuk
menggembalakan si anak dan memperkenalkannya kepada Allah, satu-satunya
Pribadi yang layak disembah. Pastikan bahwa anak tidak semakin jauh
tersesat. Segeralah menolongnya untuk kembali ke jalan kebenaran Tuhan.
Berbagai Pengertian yang Berguna untuk Membesarkan Anak
Sebagian
besar buku "parenting" berusaha membantu kita untuk melakukan langkah
terbaik dalam memberikan pengaruh positif untuk membangun karakter anak.
Semua rahasia dan gagasan-gagasan kreatif, dan yang paling konsisten
dari sudut pandang Alkitab diberikan untuk membentuk karakter anak yang
lebih baik. Hal itu memang tidak salah, tetapi kita juga perlu
memberikan pendekatan-pendekatan yang benar dan bijaksana terhadap
penggembalaan anak dengan menjangkau hatinya (Amsal 4:23). Berdasarkan
pemikiran ini, kita harus mengajarkan kepada anak-anak bahwa mereka
dapat menemukan kepuasan dan kebahagiaan hanya jika mereka mengenal dan
melayani Allah yang hidup.
Pada umumnya, setiap orang ingin
memberikan pengaruh-pengaruh yang membangun dan yang terbaik kepada
anak-anaknya, memiliki rasa kekeluargaan yang mampu menciptakan rasa
aman dan nyaman bagi seluruh anggota keluarga, dan hubungan-hubungan
berkualitas dalam keluarga yang sehat, sehingga anugerah dan belas
kasihan Allah bagi orang-orang berdosa dan karakter-Nya dapat
ditunjukkan. Hal ini sangat baik. Akan tetapi, perlu diingat juga untuk
mengajar anak-anak menjaga kebenaran sesuai firman Tuhan. Apabila anak
membuat kesalahan, kita berhak memberikan hukuman-hukuman yang pantas
dan wajar kepada anak untuk mencerminkan pandangan Allah yang kudus
terhadap dosa.
Sayangnya, fakta terkadang tidak terjadi seperti
yang kita harapkan. Serapi dan sebaik mungkin kita menjaga kerukunan dan
keharmonisan rumah tangga, ada saja kegagalan-kegagalan yang harus kita
alami. Karena anak bukanlah sebuah produk dari pengaruh-pengaruh
positif dan berinteraksi dengan semua hal yang terjadi dalam hidup, maka
anak bisa saja merespons kebaikan dan belas kasihan Allah dalam bentuk
iman atau dengan ketidakpercayaan. Bagaimana dengan anak-anak Anda?
Apakah mereka semakin mengasihi dan percaya kepada Allah yang hidup,
atau semakin mengamalkan berbagai bentuk penyembahan berhala dan
mengandalkan dirinya sendiri?
Karena respons anak terhadap
kehidupan ditentukan oleh orientasi hatinya kepada Allah, maka kita
sejak dini harus mengajarkan kepada anak untuk memiliki hati yang
mengasihi Tuhan dan menaati kehendak-Nya. Jangan biarkan sifat
mementingkan diri sendiri dan suka melawan otoritas yang ada dalam diri
anak-anak sebagai sesuatu yang remeh dan hanya pencerminan dari
ketidakdewasaan. Hal itu dapat berkembang ke arah yang lebih buruk jika
kita tidak mengarahkan anak ke jalan yang benar.
Albert yang
masih muda adalah anak yang suka mencuri. Dia bahkan berbohong pada
saat-saat yang sulit. Dia sering mencuri uang orang tuanya, namun
ayahnya tetap berpendapat bahwa perilakunya hanyalah cermin
ketidakdewasaan (ketidakmatangan) anak-anak. Albert memang belum dewasa,
tetapi itu bukan alasan bahwa dia tidak dapat dipercaya. Alasan dia
tidak dapat dipercaya adalah karena dia adalah orang berdosa. Albert
berusaha untuk menjadi berarti walaupun kehidupannya tanpa Allah.
Melalui penyembahan berhala dalam bentuk perlawanannya terhadap otoritas
atau kekuasaan Allah dan melalui ketetapan hatinya untuk menjadi
penguasa bagi dirinya sendiri, dia menjadi anak yang tidak pantas
dipercaya. Ayah Albert tidak dapat menolong anaknya, kecuali dia
menyadari bahwa perilaku Albert mencerminkan hati yang telah menyimpang
dari Allah. Hanya dengan pengenalan yang benar akan Allahlah yang dapat
membuat anak tetap memiliki karakter yang benar, bukan sekadar
memberikan pengaruh-pengaruh yang positif saja. Contoh yang dapat kita
gunakan adalah Yusuf (Kejadian 50:19-21) dan gadis pelayan istri Naaman
(2 Raja-Raja 5:6-7).
Kesimpulan:
Hal utama yang perlu diingat
orang tua adalah bijaksana dalam menata pengaruh-pengaruh yang positif,
yang membentuk kehidupan anak-anak dan secara aktif menggembalakan hati
mereka agar berorientasi kepada Allah. Jangan lupa untuk membawa
anak-anak kita dalam doa agar Allah bekerja di dalam dan di seluruh
upaya kita serta di dalam respons anak-anak kita, untuk menjadikan
mereka orang-orang yang mengenal dan menghormati Allah.
Diringkas dari:
Judul buku: Shepherding A Child's Heart: Menggembalakan Anak Anda
Judul asli artikel: Perkembangan Anak Saudara: Orientasi yang Mengarah kepada Allah
Penulis: Tedd Tripp
Penerbit: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2002
Halaman: 47 -- 56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar