Selasa, 20 September 2011

MASIH ADAKAH SAUDARA SEIMAN?


MASIH ADAKAH SAUDARA SEIMAN?
Bacaan 1 Korintus 12-13, Kisah Para rasul 2:41-47, 1 Yohanes 2:3-6, Matius 16:24, Matius 22:37-40, Matius 25:31-46, Lukas 12:41-44
Suatu hari kami berbincang dengan tetangga kami yang non Kristen, mengenai kehidupan berkeluarga. Saat kami berbincang itu, saya mengagumi apa yang dilakukan oleh keluarga besar tetangga saya tersebut. Bagaimana setiap keluarga saling memperdulikan anggota keluarga yang lain terutama masalah pendidikan. Anggota keluarga yang sukses secara materi dengan antusias membantu anggota keluarga yang kurang beruntung dalam hal pendidikan anak. Mereka ingin seluruh keluarga besar mereka menjadi orang-orang yang sukses. “Wouw…sebuah nilai yang sangat baik dan merupakan “prinsip tubuh Kristus banget”.
Di hari yang lain, saya berjumpa dan berbincang dengan teman saya yang “lagi-lagi” non Kristen. Salah satu topik pembicaraan kami adalah tentang usaha dan dia cerita bagaimana keluarga besarnya saling membantu dan menopang satu dengan yang lainnya dalam usaha hingga setiap anggota keluarga berkecukupan dan nama keluarga besar mereka “diperhitungkan” dalam masyarakat. “Lagi-lagi” saya melihat prinsip tubuh Kristus yang dipraktekkan oleh mereka, dimana mereka menganggap setiap anggota bagian keluarga itu penting.
Beberapa hari lalu, teman kami yang merupakan saudara seiman datang dan “curhat” bagaimana mereka yang berencana membeli rumah KPR ternyata tertipu oleh pengembang. Hingga seluruh uang mereka habis dan rencana mereka memiliki rumah tahun ini buyar seketika. Bahkan mereka diusir dari rumah kontrakan mereka sebab sudah jatuh tempo. Mereka sudah coba berbagi dengan keluarga besar mereka tetapi “tak ada bantuan atau paling tidak masukan untuk jalan keluar”, mereka malah disalahkan karena tidak berhati-hati. Beban mereka sudah menekan dan masih pula ditekan-tekan, entah mereka salah langkah atau tidak. Tapi mereka sangat butuh pertolongan. Ini sama saja dengan kecelakaan lalu lintas, ketika seseorang teledor berkendara dan terjadi kecelakaan. Kita akan segera menolongnya entah dia salah atau tidak, itu urusan nanti yang terpenting menyelamatkan nyawa seseorang.
Mereka saat itu sudah tak tahu hendak kemana, pergi ke gereja dan berbicara dengan pendeta, mereka diberikan nasehat rohani dan doa. Tetapi lalu mereka harus kemana dengan anak-anak? Mereka menangis di sisi jalan, tak tahu lagi mau kemana? Lalu mereka pergi menemui kami dan coba untuk berbincang dengan kami. Mereka sudah patah arang dan tidak tahu harus berbuat apa.
Kondisi kami pun sebenarnya tidak lebih baik, sebab kami belum membayar sisa kontrakan kami. Tapi paling tidak kami untuk saat ini masih memiliki tempat berteduh. Kami coba posisikan diri kami di dalam kondisi mereka. Akhirnya untuk beberapa hai mereka tinggal bersama kami, sambil berdoa dan berusaha,”Puji Tuhan, ada seorang anak Tuhan yang hendak menjual rumah tapi belum laku mengizinkan mereka tinggal selama 2 bulan secara cuma-cuma.”
Kami mungkin bukan keluarga kaya secara materi tetapi apa yang kami miliki, entah telinga untuk mendengarkan, entah itu mungkin sepiring nasi dan segelas air, mungkin pakaian, mungkin sedikit uang, atau apa pun yang kami miliki bila itu dapat menolong atau memberkati saudara seiman mengapa tidak? Bukankah kita keluarga di dalam Tuhan dan sudah seharusnya keluarga itu saling menolong, menasehati dan mendoakan. Bagaimana kalau kita “hanya” ditipu oleh seorang yang mengaku “saudara seiman”? Saya pun dulu pernah berpikir begitu sampai saya mendengar pernyataan Pdt Benjamin Waturangi, “Lebih baik salah memberi daripada salah tidak memberi”. Jangan beralasan tunggu kalau saya “sudah jadi kaya” baru mau mulai memberi, mulailah dari sekarang dari apa yang kita miliki.
Point apa yang hendak saya sampaikan melalui tulisan ini? Apa yang hendak saya garisbawahi adalah seharusnya kita sebagai anak Tuhan memiliki kasih yang lebih dan kepekaan terhadap kebutuhan sesamanya entah saudara seiman mau pun mereka yang “belum percaya”. Sebab kita ini satu di dalam Tuhan Yesus sebagai bagian dari keluarga Tuhan dan anggota tubuh Kristus, bagi yang belum percaya kita harus jadi terang dan garam. Seharusnya Tuhan yang kita sembah itu dapat terefleksi dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyak orang Kristen yang agamawi tetapi tidak rohani.
Orang Kristen agamawi sangat rajin “rajin beribadah dan mengikuti setiap kegiatan gereja” tetapi lalu menghakimi saudara seimannya yang tak dapat “serajin” dirinya dan merasa dirinya lebih rohani daripada yang lain. Biasanya pintar menggunakan ayat-ayat firman Tuhan, bukan untuk membangun tetapi biasanya untuk “menyerang” saudaranya yang dia anggap tidak serohani dan sekudus dirinya.
Bagaimana dengan orang Kristen rohani? Ia adalah seorang yang mencintai kebenaran, membaca firman Tuhan, berdoa dan mencari kehendak Tuhan dalam hidupnya. Ia akan melakukan kebenaran firman Tuhan dan coba membimbing saudaranya bukan hanya dengan kata-kata tetapi gaya hidupnya atau teladannya. Ketika melihat saudaranya tengah lemah maka ia bukan saja mendoakan tetapi juga berupaya secara optimal menolong saudaranya. Tuhan mengajarkan pada kita “apa yang kau kehendaki orang lain perbuat pada dirimu, lakukanlah hal itu terlebih dulu pada orang lain.”
Saya merasa “malu” ketika melihat orang yang belum percaya justru malah mempraktekkan kebenaran yang ada dalam Kitab Suci kita. Saya “sedih” selama ini mungkin kita tidak pernah atau jarang membaca Alkitab secara utuh dan hanya membacanya sepenggal-sepenggal hingga gambar kita akan kehendak Tuhan pun terpemggal-penggal. Kita hanya mau membaca bagian Alkitab yang menyenangkan telinga dan hati kita tetapi mengabaikan ayat-ayat yang “kurang menyenangkan” apalagi bila berbicara mengenai “pikul salib”, “menderita bagi Kristus”, saling berbagi atau saling menolong hingga tak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka, dstnya.
Doa saya adalah agar setiap anak Tuhan bertumbuh di dalam Kristus, setiap hari menyelidiki kebenaran dan lalu mengaplikasikannya dalam kehidupan melalui bimbingan dan pertolongan Roh Kudus. Tidak cukup bagi kita hanya jadi orang Kristen yang rajin ke gereja dan “hanya” makan “fast food” dari Bapak Pendeta. Kita bisa saja makan atau jajan di luar rumah tetapi pada dasarnya kita perlu makanan sehat saat di rumah. Kita bisa saja menghadiri gereja atau seminar dan kegiatan rohani lainnya tetapi sangatlah penting memiliki disiplin membaca dan merenungkan Alkitab sendiri bersama dengan Tuhan. Kita harus bertanya pada Tuhan setiap kali membaca Alkitab, apa yang hendak IA sampaikan pada kita. Setiap hari Tuhan ingin membentuk kita makin segambar dengan pribadiNYA dan membimbing kita untuk semakin mengerti panggilanNYA bagi kita selama kita hidup di muka bumi ini. Sebab setiap kita memiliki tugas dari Tuhan untuk diselesaikan, sebab itu kita sebagai saudara seiman saling membutuhkan. Kerajaan Tuhan harus ditegakkan bersama-sama bukan hanya oleh salah satu “merk” gereja atau lembaga. Keluarga Tuhan seharusnya terekspresi dalam kasih kita satu dengan yang lain dan kekompakan kita di dalam Tuhan Yesus. Siapa “tuhan” kita sebenarnya dalam hati kita akan terekspresikan dalam hidup sehari-hari kita.

Sabtu, 17 September 2011

DIMANA MEREKA SEKARANG?


WHERE ARE THEY NOW? (DIMANA MEREKA SEKARANG?)
Beberapa tahun lalu saya mengikuti sebuah ibadah dalam sebuah gereja di Surabaya, di mana mereka mengundang seorang hamba Tuhan dari latarbelakang seberang dan juga memiliki karunia menangkap hantu. Banyak sekali orang yang mengikuti ibadah sebab hendak mendengar kesaksian beliau. Beliau ini telah pergi berkeliling dari satu gereja ke gereja lain untuk bersaksi mengenai keilahian Kristus Yesus. Tetapi beberapa waktu lalu saya mendengar bagaimana melalui media Youtube, ia meminta maaf pada saudara-saudara “di seberang” bahwa dia telah salah jalan, ia bertobat dan kembali lagi ke “agama seberang”. Selain itu ia memberikan pernyataan bahwa ia akan membawa kembali orang-orang yang telah jadi Kristen untuk kembali ke agamanya yang lama.
Sungguh menyedihkan, ini baru satu kasus saja yang saya ungkapkan, sebab ternyata ada begitu banyak kejadian serupa. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa orang yang tadinya begitu bersemangat bahkan rela mati bagi Tuhan, kini menjadi dingin kasihNya? Bahkan menyangkal Tuhan Yesus?
Ada begitu banyak anak Tuhan saat baru bertobat dan memiliki latar belakang kesaksian yang menakjubkan, tiba-tiba langsung diminta untuk bersaksi dalam kebaktian-kebaktian besar. Hal ini tentu saja tidak 100% salah tetapi berbahaya bagi “petobat baru” tersebut. Ketika dia tiba-tiba terkenal mendadak, dikenal banyak orang (dalam kalangan gereja tentunya) dan mendapatkan uang pula (persembahan kasih). Hingga akhirnya pribadi tersebut pergi berkeliling dari kota ke kota, menyaksikan karya keselamatan yang telah Tuhan berikan baginya. Ada yang memang tulus sebab ingin memberikan kesaksian tetapi ada juga yang melihat “peluang mendapatkan uang”. Sampai di satu titik dimana, orang sudah bosan dan enggan mendengar kesaksiannya. Lalu tidak ada lagi gereja atau persekutuan yang mengundangnya, hingga ia merasa frustasi dan menganggap sia-sia kepercayaan dan imannya pada Tuhan.
Menakjubkan apa yang Tuhan kerjakan dalam jiwa-jiwa baru, saya percaya Roh Kudus berkarya atas keselamatan saudara kita. Namun kita sebagai keluarga barunya harus pula turut andil membimbing dan bertanggungjawab untuk pertumbuhan kerohaniannya. Karena kita semua dipanggil menjadi murid Kristus bukan sekedar anggota sebuah gereja dan memiliki kartu keanggotaan.
Bila saya mengingat masa lalu dimana saya pelayanan penginjilan, sangat senang hati ini melihat jiwa-jiwa baru ditambahkan masuk dalam Kerajaan Tuhan. Setelah mereka jadi orang percaya, saya sangat jarang memfollow up mereka. Di mana mereka sekarang? Masihkah mereka cinta Tuhan Yesus atau mereka sudah murtad bahkan berbalik menyerang Tuhan Yesus? Saya sadar kini, kita dipanggil bukan saja untuk menjadi saksi Kristus tetapi juga menjadi “orangtua rohani” bagi mereka yang baru bertobat. Jiwa-jiwa baru ini merupakan bayi rohani yang perlu dijaga, dilindungi, diajari dan diarahkan.
Beberapa tahun terakhir ini, saya tersadar bahwa Tuhan memanggil setiap anakNya, anggota keluarga Tuhan sebagai murid-muridNya yang terus bertumbuh dalam DIA. Kita tidak boleh cepat puas, karena sudah mengikuti ibadah setiap Minggu dan memberi perpuluhan lalu kita berpikir bahwa diri kita sudah menjadi Kristen yang baik. Atau Anda berpikir dengan mengikuti kelas pemuridan atau School of Ministry atau apa pun namanya, hal itu sudah cukup. Atau lebih ekstrim lagi Anda sudah lulus sekolah Theologia bahkan sudah menjadi profesor. Namun semua akan sia-sia bila kita hanya tahu banyak tentang Tuhan tanpa memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan. Jangan salah mengerti saya, pertemuan ibadah, memberikan perpuluhan, mengikuti kelas pemuridan atau sekolah Alkitab/Theologia itu semua baik; tetapi bila itu semua hanya menambah pengetahuan tentang Tuhan tanpa membawa keintiman/hubungan semua akan sia-sia. Seorang murid bukan hanya mendapatkan pengetahuan tetapi juga gaya hidup Sang Guru. Setiap hari ia harus memandang Sang Guru, merenungkan Firman Tuhan dan lalu coba melakukannya dalam kehidupan setiap hari. Bila gagal datang kembali pada Sang Guru, bertanya dalam doa bagaimana mengatasi kegagalan tersebut. Hingga pengetahuan itu menjadi suatu kenyataan, Tuhan itu menyatakan diriNYA dalam kehidupan kita sehari-hari. Hingga kita dapat mengamini setiap kebenaran Firman Tuhan sebab kita dapat turut merasakan dan mengalami kebaikan Tuhan sebagaimana yang tertera dalam Alkitab. Jangan cepat puas dengan keadaan rohani kita, sebagaimana Paulus yang terus “mengejar” pertumbuhan menjadi serupa dengan Yesus sampai akhir hayatnya.
Sebagai murid Kristus, kita perlu saling memperhatikan, mendoakan, membantu dan menyatakan kasih seorang dengan yang lain. Gereja mula-mula, tidak memiliki apa-apa dibanding gereja saat ini. Sama sekali tidak ada daya tarik “dunia”. Gereja modern kita yang disebut “mega church”, pastinya memiliki gedung megah nan mewah sendiri, setiap departemen memiliki ruang atau lantai sendiri, dengan kamera CCTV dan pengamanan menggunakan ID card, biasanya memiliki bukit doa, Sekolah Alkitab/Theologia sendiri, Hotel dalam kompleks gereja, siaran radio dan acara TV (skala lokal, nasional atau pun TV kabel),segala perlengkapan modern yang hi-tech, dll. Tapi dampaknya kurang bahkan tak terasa di luar lingkup gereja. Bandingkan dengan gereja mula-mula yang tak memiliki apa-apa secara duniawi tetapi berdampak besar bagi dunia. Organisasi gereja sekarang menjadi “egois”, lebih mementingkan “jemaat lokal”nya atau gereja satu organisasinya saja. Seolah “hanya” mereka yang tubuh Kristus dan yang lain bukan bagian. Selama berabad-abad kita hanya ribut dengan masalah organisasi, siapa yang paling benar dan murni pengajarannya. Hingga timbul jurang pemisah dan tembok yang berdiri tegap di antara kita. Sadarkah kita, bahwa kita telah menjadi pelaku mutilasi? Ya, sadar atau tidak banyak diantara kita yang memutilasi tubuh Tuhan Yesus.
Gereja mula-mula bila kita membaca Kisah Para Rasul 2:41-47 dan 4:32-35, mereka sangat kompak sebagai keluarga Tuhan. Seorang hamba Tuhan besar, Leonard Ravenhill berujar, “Gereja mula-mula mengajarkan pada jemaat mengenai kemiskinan, penderitaan dan kematian kala mengikut Yesus tetapi gereja modern mengajarkan kemakmuran, ketenaran dan kepribadian yang mengagumkan.” Hingga ketika kesulitan datang menghadang dengan mudah orang berpaling lagi dari Tuhan. Tuhan Yesus menyatakan “barangsiapa hendak mengikutNya harus memikul salib dan menjadi muridNya (Lukas 9:23)
Bukan saja kasus hamba Tuhan seperti di atas tetapi bahkan hamba Tuhan yang sudah bertahun-tahun bahkan puluhan tahun melayani Tuhan Yesus murtad atau setidaknya sudah enggan melayani Tuhan sebab melihat “kebobrokan” yang terjadi di dalam rumah Tuhan. Dulu saya heran melihat hal ini, tetapi lalu saya menyadari bahwa Tuhan pun menyatakan bahwa penghakiman akan di mulai dari Rumah Tuhan. Berarti Tuhan pun tahu ada yang tidak beres dan IA akan menata kembali sesuai “blueprintNya”. Saat ini saya coba kembali untuk merangkul teman-teman pelayanan yang telah undur akibat kecewa baik pada organisasi, saudara seiman, pada Tuhan atau alasan lainnya.
Saya bisa mengerti pergumulan mereka sebab saat saya memutuskan untuk menjangkau kaum marginal (mereka yang terpinggirkan), kami pun merasa ditinggalkan. Perlakuan berbeda kami alami saat masih sebagai Gembala Sidang dengan saat ini sebagai utusan missi. Dulu saat menggembalakan kita segala sesuatu dicukupi tetapi saat kita pergi diutus untuk membuka daerah baru, malah kami merasa diabaikan. Sempat kami pun kecewa, sedih dan merasa diabaikan oleh saudara seiman. Di kala kami merasa letih, lelah dan hendak menyerah……Tuhan biasanya mengutus hamba-hambaNya yang lain untuk menguatkan. Perjalanan ini tidak mudah tetapi Tuhan ada serta kita, entah kita rasakan atau tidak…..DIA ada bersama kita. Saya percaya meski rekan-rekan seiman saya sudah undur bahkan meninggalkan Tuhan…..pintu kasih karunia itu tetap terbuka bagi mereka dan bagi kita semua. Selama kita masih ada di muka bumi dan hidup….pintu itu masih terbuka bagi kita. Jangan biarkan perasaan dan kejengkelan menguasai hidup kita, izinkan Tuhan kembali menguasai hidup kita. Biarlah TERANG itu kembali bercahaya dalam hidup kita dan BENDERANG kesekeliling kita.
DON’T GIVE UP!!!!!! (JANGAN MENYERAH!!!!!). Dimana pun kita berada saat ini, bangkit dan kembali berkarya bersama TUHAN YESUS.

Minggu, 04 September 2011

EAGLES NEST MINISTRIES 2011


EAGLES NEST MINISTRIES 2011

Tak terasa 4 tahun sudah berlalu kami memulai kehidupan dan pelayanan di kota Bandung. Eagles Nest Ministries bermula dari panggilan Tuhan saat kami melayani di kota Surabaya. Dalam perkembangannya kami membuat blog untuk memberikan update berita pelayanan kami; http://3a9l35-n35t.blogspot.com
Pelayanan ini berkembang menjadi Eagles Nest Fellowship (ENF), menjadi sebuah kumpulan orang percaya yang memperhatikan dan mendukung seorang dengan yang lainnya untuk bertumbuh di dalam Tuhan dan mencapai visi yang telah Tuhan tetapkan bagi tiap anakNya. ENF berfungsi sebagai keluarga Allah dan merupakan gereja Tuhan (kumpulan orang percaya pada Tuhan Yesus), kami melihat setiap orang percaya sebagai anggota tubuh Kristus dan saudara dalam Tuhan. Kami saling membantu agar semua mengerti tujuan hidupnya selama ada di muka bumi untuk memperlebar Kerajaan Tuhan. Kami memberikan bimbingan pastoral melalui blog kami http://renungandave.blogspot.com dan http://gerejaperjanjianbaru.blogspot.com maupun melalui group di yahoo Simple Church.
The Helping Hand (2H), merupakan pelayanan konseling dan doa pribadi kami. Ada begitu banyak anak Tuhan yang merasa terabaikan dan malah banyak yang beralih iman akibat ada banyak gereja (tidak semua) tak tanggap pada orang yang tengah dilanda keputusasaan dan duka. Pelayanan kami mungkin tidak besar dan signifikan tetapi kami mau memberi hidup kami untuk melayani mereka yang merasa terabaikan dan tidak diperdulikan oleh saudara seiman oleh karena keadaannya atau pekerjaannya. 2H memberikan pelatihan Basic Christian Counseling Course bagi setiap anak Tuhan yang terbeban menolong sesamanya sebagai konselor. Untuk mendukung pelayanan ini kami membuat sebuah blog http://inmydarnesshours.blogspot.com .
Global Prayer Network (GPN), merupakan pelayanan doa syafaat kami. Di mana kami melihat begitu banyak anak Tuhan yang kurang peduli tentang saudara seimannya yang teraniaya, para misisonaris atau tenaga missi yang kurang dapat dukungan doa maupun dana, bangsa-bangsa yang belum mendengar Injil dll. GPN merupakan wadah mobilisasi untuk setiap anak Tuhan yang mau berdoa bagi saudara-saudara seiman, para hamba Tuhan di garis depan maupun suku-suku bangsa yang masih terabaikan. GPN juga memperlengkapi umat Tuhan melalui pelatihan School Of Prayer (SOP) dan School Of Prophet & Prophetees (SOPP), dalam grup Global Prayer Network di jejaring sosial Facebook & Yahoo dan blog http://globalprayernetwork.blogspot.com .
Shadow of The Cross (SC), merupakan pelayanan urban mission (misi perkotaan) bagi kaum subkultur (budaya yang terlahir di perkotaan seperti kaum bikers/geng bermotor, punk, gothic, skaters, tatto & body piercing,dstnya). Bermula pada tahun 2006, saat kami masih melayani di kota Surabaya dan ditetapkan oleh Shadow of the Cross Amerika Serikat sebagai Regional Director mengembangkan pelayanan urban mission di Indonesia. SC memperlengkapi tubuh Kristus dengan melalui Underground School of Ministry dan blog http://shaddowcross.blogspot.com .
Eagles Nest Discipleship & Bible School, memiliki visi membantu setiap anak Tuhan untuk bertumbuh sesuai panggilannya. Kami mempercayai setiap anak Tuhan dipanggil menjadi murid Kristus setelah ia lahir baru di dalam Kristus. Kami memberikan fondasi kebenaran agar setiap anak Tuhan dapat memulai kehidupan barunya di dalam Kristus secara benar dan proporsional. Kami juga mempercayai bahwa setiap anak Tuhan selain muridNYA, kita semua harus terus belajar untuk dapat bertumbuh di dalam DIA, semakin mengerti isi hatiNYA dan melakukan kehendakNYA selama kita berada di muka bumi untuk memperlebar Kerajaan Tuhan.
The Network, jejaring yang dibangun oleh pelayanan ini dengan bagian tubuh Kristus yang lainnya sebab kami menyadari bahwa kami tak dapat bergerak sendiri di dalam Tuhan tetapi sebagai bagian anggota tubuh Kristus maka kami harus berjejaring dan salaing mendukung dengan pelayanan lainnya. Pelayanan kami diakui secara legalitas di Indonesia sebagai bagian dari Gereja Oikos Indonesia jemaat Surabaya, secara international kami diakui dan ditahbiskan sebagai Gembala (Pastor) oleh United Christian Faith Ministries (UCFM) dan untuk pelayanan & penggembalaan dunia maya oleh The First Christian Church on The Web. Kami juga terlibat aktif dalam penanaman simple church atau house church (gereja rumah) bersama dengan LK10 dan Outreach Fellowship Internatioanl (OFI). Selain itu kami merupakan volunteer bagi pelayanan Voice of Martyr dan Open Doors di Indonesia khususnya Bandung, setiap beban doa kami bagikan melalui GPN. Kami bekerja erat bersama Youth With A Mission Indonesia, Zoe Ministries Malaysia, Shadow of the Cross Amerika Serikat, US Prayer Center,Global Prayer Network - Johan Maasbach Wereld Zending dan Time Out Ministries.
Bila Anda tertarik untuk mengenal kami lebih dekat lagi dapat menghubungi Ps. Dave Broos di pesawat 081330135643 atau email davebroos@yahoo.co.uk atau di Facebook account Dave Broos.

Seminar Knowing God's Heart di Indonesia


Shalom,
Salah seorang rekan pelayanan dan jejaring kami, Pastor Christopher Krisnasamy dari pelayanan Zoe Ministries Malaysia, rindu untuk memberkati tubuh Kristus di Indonesia bersama kami dalam seminar Knowing God’s Heart (Mengenal Hati Tuhan). Kerinduan beliau adalah melihat umat Tuhan bangkit dan kembali menanggapi panggilan Bapa Surgawi. Seminar ini akan memulihkan hubungan kita dengan Tuhan dan sesama manusia.
Seminar ini akan berbicara mengenai (di antaranya):
- Mengenal Tuhan dan Hidup Berkomunitas,
- Kisah Ayah yang Royal
- Mematahkan Belenggu Dosa
- Bapa memberikan pewahyuan dan kedamaian bagi tiap anakNYA.
- Dll.
Bagi rekan tubuh Kristus baik itu sidang jemaat (gereja), persekutuan doa atau komunitas Kristen lainnya yang ingin mengundang beliau dapat menghubungi kami di email davebroos@yahoo.co.uk, atau inbox Facebook kami atau handphone kami 081330135643.
Untuk mengundang pelayanan Pastor Christopher K, yang terpenting keinginan untuk belajar bersama-sama. Bila gereja atau persekutuan atau komunitas Anda rindu untuk mengundang tetapi terkendala biaya, dapat berbicara dengan kami dan kita akan cari solusinya bersama. Tuhan Yesus memberkati.
Salam dan doa,
Ps. Dave Broos
davebroos@yahoo.co.uk & 081330135643
http://3a9l35-n35t.blogspot.com
• Blog Zoe Ministries: http://zoeministries.blogspot.com