Kasih terhadap sesama
Pagi itu seperti biasa aku
berjalan pagi mengelilingi kompleks perumahan di mana aku tinggal. Terdengar
suara keributan di arah sebuah warung, ternyata ada sepasang pemulung tua yang
tengah tidur di depan warung tersebut. Pemilik warung itu merasa terganggu
dengan adanya kedua orangtua tersebut. Ia mengusir mereka dengan kasar sambil
menyiramkan seember air pada mereka. Pemulung tua itu pun berteriak-teriak
marah dan menyumpahi pemilik warung. Hatiku trenyuh memandang peristiwa
tersebut, melihat sepasang orangtua yang sudah tua harus menjalani kehidupan
yang berat seperti itu. Aku tak tahu siapa mereka dan mengapa mereka sudah
setua ini menjadi pemulung dan gelandangan. Dimana anak-anak mereka? Apa yang
membuat mereka menjadi gelandangan dan berprofesi sebagai pemulung?
Andai aku bisa membantu
mereka…..andai paling tidak aku bisa memberi mereka sebuah tempat untuk untuk
beristirahat pada malam hari. Sayangnya aku belum mampu menyediakan sebuah
rumah singgah. Aku teringat pada pembicaraanku dengan Omaku mengenai pelayanan
bagi para gelandangan di negeri Belanda. Bagaimana pelayanan Bala Keselamatan
di Belanda membuka asrama atau rumah
singgah khusus bagi gelandangan agar mereka dapat beristirahat pada malam hari.
Banyak kasus di Eropa, gelandangan yang mati kedinginan karena musim dingin
atau cuaca yang ekstrim. Aku tahu di Indonesia tidak ada musim dingin tetapi
aku melihat ini juga merupakan sebuah kebutuhan bagi para gelandangan yang ada
di negeri ini. Sebuah tempat dimana mereka merasakan rasa aman dan mendapatkan
berita harapan yang baru.
Gelandangan juga manusia…. Hatiku
sedih melihat mereka yang terlunta-lunta hidup di jalanan. Permasalahan ini
merupakan hal yang kompleks tetapi bila tubuh Kristus bersinergi melakukan
bagiannya, aku percaya kita dapat menjadi gereja yang berdampak dan memberkati
kota (desa) dimana kita berada. Akan lebih mudah bagi kita untuk melayani dalam
kebersamaan sebagai bagian dari tubuh Kristus meski kita berbeda organisasi
atau denominasi sekalipun…kita harus fokus pada Tuhan. Kita menyembah Tuhan
yang sama dalam Kristus Yesus.
Aku tahu bahwa melayani kaum ini
tidak mudah, kadang suka-suka….tidak mau diatur….sama persis dengan bangsa
Israel saat baru keluar dari Mesir. Mentalitas “budak” melekat….. aku tahu
bukan dari teori….sebab aku pernah mengalami sendiri menjadi bagian dari kaum
terbuang saat orangtuaku mengusirku dari rumah saat remaja. Kehidupan yang tak
pasti, penuh kekerasan, penuh dusta, penuh manipulasi, mengorbankan orang lain
demi kepentingan diri sendiri, penuh kecemasan, ketakutan, kecurigaan terhadap
orang asing dan lain-lain. Citra diri yang rusak dan rasa rendah diri banyak
menggelayuti kaum terbuang ini, seolah tidak ada harapan bagi mereka.
”Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh
karena Tuhan telah mengurapi aku; IA telah mengutus aku untuk menyampaikan
kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk
hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada
orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara. (Yesaya 61:1-2) Bila kita
mengklaim diri kita penuh Roh Kudus maka kita akan secara otomatis dipimpin Roh
Tuhan melakukan kehendakNya.
Bagaimana kita sebagai gereja
Tuhan? (catatan: gereja tidak berbicara mengenai denominasi tetapi sebagai umat
percaya) Akankah kita mulai bergerak memberikan harapan bagi mereka? Atau
akankah kita kembali menjadi “penikmat Firman Tuhan” tanpa pernah melakukannya
dan lalu menyerahkan semua tanggungjawab pelayanan pada para pelayan Tuhan
(full time) di gereja? Apakah anda berpikir dengan memberikan persembahan sudah
cukup dan anda tak perlu melakukan perintah Tuhan? Dalam surat Yakobus Tuhan
berfirman,”Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai
perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Kamu lihat bahwa iman
bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan
dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. (Yakobus 2:17, 22). Apa
yang selama ini kita dengar baik dari atas mimbar gereja, persekutuan, kelas
pemuridan atau apa pun media itu (mendengar radio Kristen, khotbah di TV,
membaca buku Kristen dll) bukan untuk menggelitik telinga atau memuaskan
keingintahuan kita tetapi untuk diterapkan dalam kehidupan kita. “Para hamba
Tuhan” dipanggil untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan
pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus. (Efesus 4:11-12) Kita dipanggil
untuk melakukan bagian kita dalam pembangunan tubuh Kristus bukan sekedar
penghangat bangku gereja.
Hal praktis apa yang dapat kita
lakukan? Ada banyak hal yang bisa kita lakukan, kita bisa menyediakan rumah
singgah bagi mereka, memberikan pelatihan kerja, bimbingan dan konseling,
pendidikan bagi mereka (ekstra kurikuler), menyertakan mereka yang
sungguh-sungguh untuk kembali sekolah atau mengikuti ujian persamaan,
pemeriksaan kesehatan, memberikan peluang kerja atau usaha bagi yang sudah siap
dan masih banyak lagi.
Bagi rekan-rekan yang memiliki
visi atau misi yang sama, saya akan dengan senang hati berjejaring dengan anda.
Baik yang ada di kota Bandung maupun luar kota. Dapat menghubungi saya melalui
inbox Facebook.
Bagaimana kita sebagai gereja
Tuhan dapat menjadi perpanjangan tangan Tuhan yang penuh kasih dan kepedulian.
Kasih yang bukan saja memberi yang terbaik tetapi berani untuk berkorban bagi
sesama kita sebagai sebuah persembahan bagi Tuhan. Tuhan Yesus merupakan
teladan kita, Ia menghendaki kita untuk mengikuti teladan kehidupanNya. Saat
kita mentaati panggilan tersebut maka Roh Kudus akan memberikan kemampuan
tersebut pada kita. DIA DATANG KE DUNIA KARENA DIA PEDULI PADA MANUSIA…….
PEDULIKAH ANDA PADA SESAMA?